Analisa Metode Delphi,
Metode Qusioner, Metode Kirkpatrik Dan Istilah Statistik
Disusun oleh:
Mansteven
Nofriandi Elbadinas, S.Kom / 1304467
Magister CIO
– Fakultas Teknik
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
Metode Delphi
Pengertian
Metode Delphi
Metode
Delphi adalah metode sistematis dalam mengumpulkan pendapat dari sekelompok
pakar melalui serangkaian kuesioner, di mana ada mekanisme feedbackmelalui
‘putaran’/round pertanyaan yang diadakansambil menjaga anonimitas tanggapan
responden (para ahli). (Foley, 1972)
Metode
Delphi adalah teknik komunikasi terstruktur, awalnya dikembangkan sebagai
metode peramalan interaktif yang bergantung pada sejumlah expert. (Harold A.
Linstone, 1975) Metode Delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan
survei. Dalam metode ini, panel digunakan dalam pergerakan komunikasi melalui
beberapa kuisioner yang tertuang dalam tulisan. Teknik Delphi dikembangkan pada
awal tahun 1950 untuk memperoleh opini ahli. Objek dari metode ini adalah untuk
memperoleh konsensus yang paling reliabel dari sebuah grup
ahli. Teknik ini diterapkan di berbagai bidang, misalnya untuk teknologi
peramalan, analisis kebijakan publik, inovasi pendidikan, program perencanaan
dan lain – lain.
Sejarah
Metode Delphi
Metode
Delphi dikembangkan oleh Derlkey dan asosiasinya di Rand Corporation,
California pada tahun 1960-an. Metode Delphi merupakan metode yang
menyelaraskan proses komunikasi komunikasi suatu grup sehingga dicapai proses
yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah yang kompleks.
Pendekatan
Dalam Metode Delphi
Pendekatan
Delphi memiliki tiga grup yang berbeda yaitu : Pembuat keputusan, staf, dan
responden. Pembuat keputusan akan bertangungjawab terhadap keluaran dari kajian
Delphi. Sebuah grup kerja yang terdiri dari lima sampai sembilan anggota yang
tersusun atas staf dan pembuat keputusan, bertugas mengembangkan dan
menganalisis semua kuisioner, evaluasi pengumpulan data dan merevisi kuisioner
yang diperlukan. Grup staf dipimpin oleh kordinator yang harus memiliki pengalaman
dalam desain dan mengerti metode Delphi serta mengenal problem area. Tugas staf
kordinator adalah mengontrol staf dalam pengetikan. Mailingkuesioner,
membagi dan proses hasil serta pernjadwalan pertemuan. Responden adalah orang
yang ahli dalam masalah dan siapa saja yang setuju untuk menjawab kuisioner.
Langkah-
Langkah Metode Delphi
Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik ini adalah (Dermawan, 2004):
- Para pembuat keputusan melalui proses Delphi dengan identifikasi isu dan masalah pokok yang hendak diselesaikan.
- Kemudian kuesioner dibuat dan para peserta teknik Delphi, para ahli, mulai dipilih.
- Kuesioner yang telah dibuat dikirim kepada para ahli, baik didalam maupun luar organisasi, yang di anggap mengetahui dan menguasai dengan baik permasalahan yang dihadapi.
- Para ahli diminta untuk mengisi kuesioner yang dikirim, menghasilkan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah, serta mengirimkan kembali kuesioner kepada pemimpin kelompok, para pembuat keputusan akhir.
- Sebuah tim khusus dibentuk merangkum seluruh respon yang muncul dan mengirimkan kembali hasil rangkuman kepada partisipasi teknik ini.
- Pada tahap ini, partisipan diminta untuk menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala prioritas atau memperingkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan seluruh hasil rangkuman beserta masukan terakhir dalam periode waktu tertentu.
- Proses ini kembali diulang sampai para pembuat keputusan telah mendapatkan informasi yang dibutuhkan guna mencapai kesepakatan untuk menentukan satu alternatif solusi atau tindakan terbaik.
Sedangkan menurut Mansoer (1989:72) Ciri khas langkah-langkah proses teknik
Delphi adalah sebagai berikut:
- Masalah diidentifikasikan dan melalui seperangkat pertanyaan yang disusun cermat anggota kelompok diminta menyampaikan kesimpulan-kesimpulannya yang potensial.
- Kuesioner pertama diisi oleh anggota secara terpisah dan bebas tanpa mencantumkan nama.
- Hasil kuesioner pertama dihimpun, dicatat dan diperbanyak dipusat (sekretariat kelompok).
- Setiap anggota dikirimi tembusan hasil rekaman.
- Setelah meninjau hasil, para anggota ditanyai lagi tentang kesimpulan-kesimpulan mereka. Hasil yang baru biasanya menggugah para anggota untuk memberi kesimpulan baru, malah ada kalanya mereka mengubah sama sekali kesimpulan pertama mereka
- Langkah ke-4 dan ke-5 ini diulangi sesering ia diperlukan,sampai tercapai satu konsensus.
BAGAIMANA
DELPHI DIGUNAKAN?
Delphi telah digunakan dalam beberapa
keadaan berbeda. Semula Delphi digunakan
sebagai suatu proses untuk peramalan teknologi (Helmer, 1967; Pyke and North,
1969). Sebagai contoh, Delphi digunakan untuk meramalkan dampak dari suatu
kebijakan penggunaan lahan baru atas pertumbuhan populasi, polusi, pertanian,
pajak, dan lain lain ( Kaufman dan Gustafson, 1973).
Bagaimanapun, aplikasinya sudah meluas
di luar peramalan teknologi tersebut sehingga Delphi, seperti NGT (Nominal
Group Technique), telah menjadi suatu alat perencanaan yang digunakan secara
luas. Sebagai contoh, Delphi telah digunakan
untuk menyiagakan peserta ke tingkatan ilmiah yang lebih tinggi. Dalam cara
ini, Delphi telah digunakan untuk mengevaluasi kelemahan dan kekuatan sistim
informasi sehubungan dengan perencanaan pengembangan (Turoff, 1971).
Seperti NGT, Delphi dapat digunakan
untuk membantu mengidentifikasi permasalahan (Wisconsin Governor’s Health Task
Force, 1973), dengan skala prioritas, dan mengidentifikasi solusi masalah.
Delphi juga dapat digunakan untuk memperjelas posisi dan menggambarkan
perbedaan antar kelompok dengan acuan berbeda.
Dari contoh ini, dapat dilihat bahwa
Delphi dapat diberlakukan bagi suatu cakupan luas dalam perencanaan program dan
perhatian/kepentingan administratif.
KAPAN SEBAIKNYA
DELPHI TIDAK DIGUNAKAN?
Ada tiga kondisi-kondisi kritis yang
diperlukan untuk melengkapi sukses Delphi:
1) Waktu cukup.
2) Keterampilan peserta dalam komunikasi tertulis.
3) Motivasi peserta tinggi.
Delphi sebaiknya tidak digunakan ketika
waktu terbatas. Kebanyakan studi Delphi mengambil lebih dari satu bulan untuk
menerapkannya. Biasanya waktu yang diperlukan untuk suatu Delphi minimal adalah
sekitar 45 hari. Delphi sebaiknya juga tidak digunakan pada kelompok yang
mempunyai kesulitan dalam pembacaan/dalam komunikasi tertulis. Yang akhirnya,
seperti semua proses kelompok lain, mutu tanggapan sangat banyak dipengaruhi
oleh komitmen dan minat dari peserta.
Delphi memerlukan motivasi yang tinggi dari peserta, karena orang lain tidak
hadir untuk merangsang dan memelihara motivasi.
PESERTA DALAM
DELPHI
Peserta dalam Delphi adalah tiga
kelompok orang yang berbeda yang akan menyelesaikan proses: (1) manajemen
puncak pembuat keputusan yang akan menggunakan hasil dari studi Delphi; (2)
anggota staf profesional bersama-sama dengan team dukungannya; dan (3)
responden Delphi dimana pendapat/pertimbangan akan dicari.
1) Pembuat
keputusan
Delphi adalah suatu alat untuk membantu
pemahaman/pengambilan keputusan. Oleh karena itu, Delphi akan menjadi suatu
proses yang efektif hanya jika pembuat keputusan itu akhirnya bertindak atas
hasil dari Delphi dengan aktif dan terlibat sepanjang proses itu. Konsekwensinya, kelompok kerja yang terdiri
dari 5-9 anggota, itu adalah pembuat keputusan dan staff yang secara formal
dibentuk untuk melakukan proses Delphi. Kelompok kerja ini akan mengembangkan
dan meneliti semua kuesioner, menilai kegunaan dari informasi yang diperoleh,
dan meninjau kembali kuesioner jika kuesioner tersebut tidak efektif.
2) Staff
Anggota staff professional adalah orang
yang dapat memandu kelompok kerja mengerjakan proses Delphi. Orang tersebut
perlu mempunyai pengalaman dalam merancang dan melaksanakan studi Delphi. Ini
juga sangat menolong jika anggota staff berpengetahuan luas tentang area
permasalahan atau isu yang sedang dipelajari. Sebagai tambahan, staff pendukung
juga diperlukan untuk melakukan beberapa hal seperti mengetik dan mengirimkan
daftar pertanyaan, menerima dan melakukan beberapa pengolahan data, dan
menjadwalkan pertemuan-pertemuan.
3) Responden
Responden adalah orang yang memperhatikan/memutuskan, dan yang mau
menjawab kuesioner. Delphi tidak akan
sukses jika pembuat keputusan dan staff tidak bisa memilih responden dengan
tepat.
Prosedur Delphi
Prosedur Delphi mempunyai ciri – ciri yaitu :
1.
Mengabaikan nama
2.
Iterasi dan feedback yang
terkontrol
3.
Respon kelompok secara statistik
(Chang, 1993)
Jumlah dari
iterasi kuesioner Delphi bisa tiga sampai lima tergantung pada derajat
kesesuaian dan jumlah penambahan informasi selama berlaku. Umumnya kuesioner
pertama menanyakan kepada individu untuk merespon pertanyaan dalam garis besar.
Setiap subsequen kuisioner dibangun berdasarkan respon kuisioner pendahuluan.
Proses akan berhenti ketika konsensus mendekati partisipan, atau ketika
penggantian informasi cukup berlaku.
Prosedur metode Delphi adalah sebagai berikut :
1.
Mengembangkan pertanyaan Delphi
Ini merupakan
kunci proses Delphi. Langkah ini dimulai dengan memformulasikan garis besar
pertanyaan oleh pembuatan keputusan. Jika responden tidak mengerti garis besar
pertanyaan maka masukan proses adalah sia –sia. Elemen kunci dari langkah ini
adalah mengembangkan pertanyaan yang dapat dimengerti oleh responden. Anggota
staf harus menginterview pembuat keputusan benar – benar jelas mengenai
pertanyaan yang dimaksud dan bagaimana informasi tersebut akan digunakan.
2.
Memilih dan kontak dengan responden
Partisipan
sebaiknya diseleksi dengan dasar ; secara personal responden mengetahui
permasalahan, memiliki informasi yang tepat untuk dibagi, tranformasi untuk
melengkapi Delphi dan responden merasa bahwa agregasi pendapat panel responden
akan termasuk informasi yang mereka nilai dan mereka tidak mengakses dengan
cara lain. Seleksi aktual dari responden umumnya menyelesaikan melalui
penggunaan proses nominasi.
3.
Memilih ukuran contoh
Ukuran panel
responden bervariasi dengan kelompok yang homogen dengan 10 – 15 partisipan
mungkin cukup. Akan tetapi dalam sebuah kasus dimana refrence yang
bevariasi diperlukan maka dibutuhkan partisipan yang lebih besar.
4.
Mengembangkan kuisioner dan test 1
Kuisioner
pertama dalam Delphi mengikuti partisipan untuk menulis respon pada garis besar
masalah. Sampul surat termasuk tujuan, guna dari hasil, perintah dan batas
akhir respon.
5.
Analisa kuisioner 1
Analisa
kuisioner harus dihasilkan dalam ringkasan yang bersisi bagian – bagian yang
diidentifikasi dan komentar dibuat dengan jelas dan dapat dimengerti responden
terhadap kuisioner 2. Anggota grup kerja mendokumentasikan masing – masing
respon pada kartu indeks, memilih kartu kedalam katagori umum, mengembangkan
sebuah konsensus pada label untuk masing – masing katagori dan menyiapkan
ringkasan bayangan yang berisi katagori – katagori.
6.
Pengembangan kuisioner dan test 2
Kuisioner kedua
dikembangkan menggunakan ringkasan responden dari kuisioner 1. Fokus dari
kuisioner ini adalah untuk mengidentifikasikan area yang disetujui dan yang tidak,
mendiskusikan dan mengidentifikasi bagian yang diinginkan serta membantu
partisipan mengetahui masing – masing posisi dan bergerak menuju pendapat yang
akurat, responden diminta untuk memilih pada ringkasan bagian kuisioner 1
7.
Analisa kuisioner 2
Tugas dari
kelompok kerja adalah menghitung jumlah suara masing – masing bagian yang
meringkas komentar yang dibuat tentang masing – masing bagian. Tujuan dari
tahapan ini adalah untuk menentukan jika informasi lengkap akan membantu untuk
penyelesaian masalah atau paling tidak membuktikan untuk digunakan di berbagai
cara.
8.
Mengembangkan kuisioner dan test 3
Kuisioner 3
didesain untuk mendorong masukan proses Delphi
9.
Analisis kuisioner 3
Analisa tahap
ini mengikuti prosedur yang sama pada analisis kuisioner 2
10.
Menyiapkan laporan akhir
Evaluasi terhadap Teknik Evaluasi Delphi
Teknik evaluasi Delphi merupakan salah satu alat dari
teknik evaluasi yang digunakan dalam teknik evaluasi dengan pendekatan
keputusan teoritis. Sedangkan teori keputusan teoritis adalah pendekatan yang
menggunakan metode-metode diskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat
dipertanggung-jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara
eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan. Perbedaan pokok antara
evaluasi teoritis keputusan di satu sisi, dan evaluasi semu dan evaluasi formal
di sisi lainnya, adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis berusaha untuk
memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik
yang tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan dan target dari para
pembuat kebijakan dan administrator merupakan salah satu sumber nilai, karena
semua pihak yang mempunyai andil dalam memformulasikan dan mengimplementasikan
kebijakan dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan target di mana kinerja
nantinya akan di ukur.
Teori Delphi ini sangat baik untuk memecahkan masalah
yang bersifat general, dimana rencana kebijakan tersebut berkaitan erat dengan
ahli-ahli bidang tertentu. Karena dari setiap ahli pada bidang tertentu akan
dapat mengeluarkan aspirasinya yang memiliki kemampuan dari segi yang
didalaminya. Selain itu, metode ini tidak memperhatikan nama dari ahli untuk
mencegah pengaruh besar satu anggota terhadap anggota yang lainnya, dan Masing
– masing responden memiliki waktu yang cukup untuk mempertimbangkan masing –
masing bagian dan jika perlu melihat informasi yang diperlukan untuk mengisi
kuisioner sehingga dapat menghindari tekanan social psikologi.
Namun, teori ini juga mempunyai beberapa kekurangan yang
juga harus diperhatikan yaitu waktu yang akan dihabiskan dalam mengisi
kuisioner akan cukup lama, karena metode ini menggunakan pendapat para ahli
yang berbeda-beda aspek maka dikhawatirkan akan merepresentasikan opini yang
tidak dapat dipertahankan secara ilmiah dan cenderung berpikir hanya dari aspek
yang terbaik baginya.
Kelebihan
Metode Delphi
- Hasil berdasarkan dari para ahli.
- Anonimitas dan isolasi memungkinkan kebebasan yang maksimal dari aspek-aspek negative dari interaksi sosial.
- Opini yang diungkapkan para ahli luas, karena dari pendapat masing-masing ahli.
Kekurangan
Metode Delphi
- Biaya yang besar untuk mengundang para ahli.
- Hasil berdasarkan anggapan-anggapan (asumsi).
- Tidak semua hasil berjalan sesuai prediksi.
- Memakan waktu yang lama.
Sumber
Teknik Pengolahan Data dalam Kuesioner
Kuesioner
Salah satu instrumen pengumpul data dalam penelitian adalah
kuesioner, atau disebut juga daftar pertanyaan (terstruktur). Kuesioner ini
biasanya berkaitan erat dengan masalah penelitian, atau juga hipotesis
penelitian yang dirumuskan. Disebut juga dengan istilah pedoman wawancara
(interview schedule), namun kita akan menggunakan istilah generiknya yaitu
kuesioner. Kuesioner
adalah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk menjawab.
Sebelumnya harus dipastikan kebenaran atas responden yang diteliti berdasarkan
kriteria respondennya. Tujuan kuesioner adalah untuk memberikan tinjauan
tentang ekspresi metafora dalam berbagai macam bahasa di dunia.
Sebelum mebuat kuesioner, ada baiknya peneliti mengantisipasi
kemungkinan adanya kesalahan yang sering terjadi berkaitan dengan pelaksanaan
pengumpulan data dari responden. Beberapa permasalahan yang mungkin dan bahkan
sering terjadi dan bagaimana cara memperbaikinya adalah sebagaimana disarankan
oleh Bailey (1987), sebagai berikut:
(a)
Responden sering menganggap wawancara tidak masuk akal dan bahkan
sering menganggapnya sebagai dalih (subterfuge) untuk tujuan-tujuan tertentu
misalnya komersial. Alternatif pemecahannya antara lain adalah menyampaikannya
dalam pengantar bahwa penelitian yang akan dilakukan benar-benar untuk tujuan
nonkomersial. Tentu saja dengan kata-kata yang baik dan sopan.
(b) Responden merasa
terganggu dengan adanya informasi yang dirasa menyerang dirinya atau
kepentingannya, misalnya takut dirilis di media massa. Pemecahannya adalah
menghindari pertanyaan yang sensitif, serta diyakinkan bahwa tidak akan ada
nama responden di dalamnya.
(c) Responden menolak
bekerja sama atas dasar pengalaman masa lalu. Upayakan untuk meyakinkan
responden bahwa ini beda, beri pengertian bahwa responden dalam hal ini turut
berjasa dalam membantu penelitian ini.
(d) Responden yang tergolong
dirinya kelompok minoritas sehingga merasa lelah karena sering dijadikan
kelinci percobaan (guinea pig). Ini jarang terjadi di negeri kita. Namun jika
hal seperti ini terjadi, peneliti bisa menggunakan instrumen lain., atau bahkan
mencari sumber data yang lain.
(e) Responden orang
‘penting’ dan sering merasa tahu akan apa yang akan ditelitinya. Cara
pemecahannya adalah dengan metode menyanjung orang penting tadi, misalnya
dengan mengatakan bahwa hanya dialah orang satu-satunya yang bisa memberikan
informasi tentang masalah ini.
(f)
Responden menjawab dengan pertimbangan normatif, berpikir baik
atau jelek. Katakan kepadanya bahwa penelitian ini semata-mata untuk
pengembangan ilmu, dan bukan untuk kepentingan lain. Selain itu nama responden
juta tidak perlu dicantumkan.
(g) Responden merasa takut
akan ‘kebodohannya’ dalam menjawab pertanyaan ini. Katakan kepadanya bahwa
jawaban apapun dari responden itu penting, dan tidak ada yang salah dalam
menjawab.
(h) Responden mengatakan
tidak ada waktu untuk menjawabnya, atau merasa itu bukan bidang minatnya.
Pemecahannya adalah mengatakan bahwa dialah satu-satunya orang yang bisa
memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.
Dua
macam
responden
- Kuesioner yang disebut formulir, yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data tentang variabel yang langsung bisa diidentifikasi. Misalnya : Jenis kelamin, usia, pendidikan dll.
- Kuesioner yang disebut yaitu kuesioner yang berisi pertanyaannya untuk mendapatkan informasi tentang variabel yang tidak langsung menjelaskan. Misal variabel Kualitas Pelayanan. Variabel ini tidak dapat langsung diketahui hanya dengan satu pertanyaan tetapi dapat diketahui dengan beberapa pertanyaan berdasarkan indikatornya, contohnya ditanyakan tentang tangibles, reability, responsiveness, assurance dan empathy.
Semua metode mensyaratkan pencatatan
yang detail, lengkap, teliti dan jelas
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian dan kejelasan data, pencatatan data harus dilengkapi dengan:
• Nama pengumpul data
• Tanggal dan waktu pengumpulan data
• Lokasi pengumpulan data
• Keterangan-keterangan tambahan data/istilah/responden
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian dan kejelasan data, pencatatan data harus dilengkapi dengan:
• Nama pengumpul data
• Tanggal dan waktu pengumpulan data
• Lokasi pengumpulan data
• Keterangan-keterangan tambahan data/istilah/responden
Responden:
orang yang menjadi sumber data Semua butir (item) yang ditanyakan dalam semua
metode pengumpulan data haruslah sejalan dengan rumusan masalah dan/atau hipotesis
penelitian.
Karenanya diperlukan proses Dekomposisi variabel penelitian menjadi sub-variabel, dimensi dan butir penelitian merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dengan hati-hati. Proses dekomposisi ini juga memudahkan proses pengukuran dan pengumpulan data. Proses dekomposisi ini dikenal sebagai proses operasionalisasi variabel penelitian.
Karenanya diperlukan proses Dekomposisi variabel penelitian menjadi sub-variabel, dimensi dan butir penelitian merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dengan hati-hati. Proses dekomposisi ini juga memudahkan proses pengukuran dan pengumpulan data. Proses dekomposisi ini dikenal sebagai proses operasionalisasi variabel penelitian.
Jenis
Pertanyaan dalam Kuesioner
Ada
dua jenis pertanyaan dalam kuesioner, yakni pertanyaan terbuka, terbuka, dan
gabungan tertutup dan terbuka.
(a) Pertanyaan dengan jawaban terbuka
adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan penuh kepada responden untuk
menjawabnya. Di sini peneliti tidak memberikan satupun alternatif jawaban.
Contoh
Pertanyaan Terbuka :
Sebutkan
lima sifat pemimpin yang Anda sukai:
1. ……………………………
2. ……………………………
3. ……………………………
4. ……………………………
5. ……………………………
2. ……………………………
3. ……………………………
4. ……………………………
5. ……………………………
Bagaimana
pendapat Anda tentang kepemimpinan supervisor Anda?
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Jawaban
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan terbuka akan sangat bervariasi.
Pengelompokkan jawaban-jawaban serupa akan menjadi suatu pekerjaan yang tidak mudah
Pengelompokkan jawaban-jawaban serupa akan menjadi suatu pekerjaan yang tidak mudah
Kuesioner
dengan jawaban terbuka:
Keuntungannya antara lain adalah :
(1) dapat digunakan manakala semua
alternatif jawaban tidak diketahui oleh peneliti, atau manakala peneliti ingin
melihat bagaimana dan mengapa jawaban responden serta alasan-alasannya. Hal ini
sangat baik untuk menambah pengetahuan peneliti akan masalah yang diutarakannya;
(2) membolehkan responden untuk menjawab
sedetil atau serinci mungkin atas apa yang ditanyakan peneliti. Dalam hal ini
pendapat responden dapat diketahui dengan baik oleh peneliti.
(b) Pertanyaan dengan jawaban tertutup
adalah sebaliknya, yaitu semua alternatif jawaban responden sudah disediakan
oleh peneliti. Responden tinggal memilih alternatif jawaban yang dianggapnya
sesuai.
Pertanyaan
Tertutup: responden tinggal memilih jawaban di antara pilihan yang sudah
disediakan
Misal:
Atasan Anda mendelegasikan tugas dengan jelas:
Misal:
Atasan Anda mendelegasikan tugas dengan jelas:
1. Sangat Setuju Sekali
2. Sangat Setuju
3. Setuju
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
2. Sangat Setuju
3. Setuju
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
Kadangkala pertanyaan disajikan secara
terbuka sekaligus tertutup Misal:
Pekerjaan
Anda:
1. Pegawai Negeri Sipil
2. TNI
3. Professional:
a. Dokter
b. Guru
c. Pengacara
d. lainnya (Sebutkan): ______________________
4. Pengusaha
5. Lainnya (Sebutkan): ___________________________
2. TNI
3. Professional:
a. Dokter
b. Guru
c. Pengacara
d. lainnya (Sebutkan): ______________________
4. Pengusaha
5. Lainnya (Sebutkan): ___________________________
Pertanyaan-pertanyaan
tertutup dapat dengan mudah dikodekan dan diolah untuk tahap penelitian
selanjutnya.
Bentuk Pertanyaan:
a. Pernyataan Positif
b. Pernyataan Negatif
Pertanyaan dalam kuesioner ditulis dalam bentuk PERNYATAAN bukan pertanyaan
Pernyataan Positif : pernyataan yang jawabannya SESUAI dengan harapan peneliti
Pernyataan Negatif : pernyataan yang jawabannya TIDAK SESUAI dengan harapan peneliti
Misal: Jika ingin diketahui kinerja kasir sebuah toko swalayan.
a. Pernyataan Positif
b. Pernyataan Negatif
Pertanyaan dalam kuesioner ditulis dalam bentuk PERNYATAAN bukan pertanyaan
Pernyataan Positif : pernyataan yang jawabannya SESUAI dengan harapan peneliti
Pernyataan Negatif : pernyataan yang jawabannya TIDAK SESUAI dengan harapan peneliti
Misal: Jika ingin diketahui kinerja kasir sebuah toko swalayan.
Pernyataan Positif (Contoh LSR)
Kasir di toko swalayan ini ramah:
1. Tidak Setuju 2. Setuju 3. Sangat Setuju
1. Tidak Setuju 2. Setuju 3. Sangat Setuju
Pernyataan Negatif (Contoh LSR)
Kasir tidak sopan:
1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju
1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju
Kuesioner dengan jawaban tertutup:
Salah
satu keuntungannya untuk kuesioner ini adalah sebagai berikut:
(1).
jawaban-jawaban bersifat standar dan bisa dibandingkan dengan jawaban orang lain;
(2)
jawaban-jawabannya jauh lebih mudah dikoding dan dianalisis, bahkan sering
secara langsung dapat dikoding dari pertanyaan yang ada, sehingga hal ini dapat
menghemat tenaga dan waktu;
(3)
responden lebih merasa yakin akan jawaban-jawabannya, terutama bagi mereka yang
sebelumnya tidak yakin ;
(4)
jawaban-jawaban relatif lebih lengkap karena sudah dipersiapkan sebelumnya oleh
peneliti ; dan
(5)
analisis dan formulasinya lebih mudah jika dibandingkan dengan model kuesioner
dengan jawaban terbuka.
Meskipun
demikian, ada juga kelemahannya, yakni:
(1)
sangat mudah bagi responden untuk menebak setiap jawaban, meskipun sebetulnya
mereka tidak memahami masalahnya;
(2)
responden merasa frustrasi dengan sediaan jawaban yang tidak satu pun yang
sesuai dengan keinginannya;
(3)
sering terjadi jawaban-jawaban yang terlalu banyak sehingga membingungkan
responden untuk memilihnya;
(4)
tidak bisa mendeteksi adanya perbedaan pendapat antara responden dengan
peneliti karena responden hanya disuruh memilih alternatif jawaban yang
tersedia.
Pengkodean
atau pembobotan nilai jawaban:
Pada pernyataan Positif: nilai paling positif diberi bobot paling besar (karena paling positif berarti paling sesuai harapan). Pada pernyataan Negatif: nilai paling negatif diberi bobot paling besar (karena paling negatif berarti paling sesuai harapan). Idealnya dalam suatu kuesioner penelitian, komposisi bentuk pernyataan positif dan negatif berimbang, misalnya dari 30 pernyataan dirancang terdiri dari 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif. Pernyataan positif dan negatif harus diletakkan secara bergantian
Dengan
meletakkan pernyataan positif dan negatif bergantian, responden benar-benar
membaca pernyataan-pernyataan dengan
teliti dan menjawab dengan benar Teknik Pengukuran (Teknik Penskalaan)
Dua teknik pengukuran dengan
kuesioner yang paling populer adalah:
a. Likert’s Summated Rating (LSR)
b. Semantic Differential (SD)
a. Likert’s Summated Rating (LSR)
b. Semantic Differential (SD)
Likert’s
Summated Rating (LSR) LSR adalah skala atau pengukuran sikap responden
Jawaban pernyataan dinyatakan dalam pilihan yang mengakomodasi jawaban antara Sangat Setuju Sekali sampai Sangat Tidak Setuju Banyak pilihan biasanya 3, 5, 7, 9 dan 11 Dalam prakteknya yang paling sering digunakan adalah 5 Terlalu sedikit pilihan jawaban menyebabkan pengukuran menjadi sanagt kasar Terlalu banyak pilihan jawaban menyebabkan responden sulit membedakan pilihan Banyak pilihan ganjil juga menimbulkan masalah, responden yang malas/enggan akan menjawab pilihan yang di tengah ( = jawaban netral)
Jawaban pernyataan dinyatakan dalam pilihan yang mengakomodasi jawaban antara Sangat Setuju Sekali sampai Sangat Tidak Setuju Banyak pilihan biasanya 3, 5, 7, 9 dan 11 Dalam prakteknya yang paling sering digunakan adalah 5 Terlalu sedikit pilihan jawaban menyebabkan pengukuran menjadi sanagt kasar Terlalu banyak pilihan jawaban menyebabkan responden sulit membedakan pilihan Banyak pilihan ganjil juga menimbulkan masalah, responden yang malas/enggan akan menjawab pilihan yang di tengah ( = jawaban netral)
Semantic
Differential (SD)
Responden
menyatakan pilihan di antara dua kutub kata sifat atau frasa Dapat dibentuk
dalam suatu garis nilai yang kontinyu, dan dapat diukur dalam satuan jarak atau
dalam bentuk pilihan seperti LSR
(c).
Kuesioner dengan jawaban tertutup dan terbuka (gabungan): Untuk menjembatani
kekurangan-kekurangan seperti tadi, maka sering digunakan pertanyaan model
gabungan antara keduanya. Dengan model tertutup dan tebuka, semua kekurangan
seperti tadi bisa diatasi. Misalnya dalam satu pertanyaan, disamping disediakan
alternatif jawaban oleh peneliti, juga perlu disediakan alternatif terbuka (c.
…………… ) untuk diisi sendiri oleh responden sesuai dengan pendapatnya secara
bebas. Dalam mengolah data untuk model terakhir ini, bisa dilakukan
pengelompokan ulang atas semua jawaban responden pada alternatif terbuka tadi.
Atau bisa juga peneliti melihat ulang apakah jawaban responden yang terakhir
itu sebenarnya sudah termasuk ke dalam salah satu alternatif jawaban yang
tersedia. Dan jika ternyata jawabannya sama dengan salah satu alternatif
jawaban yang tersedia namun dalam bahasa yang berbeda, peneliti bisa
menganggapnya sebagai jawaban seperti pada alternatif yang tersedia tadi.
Contoh sebuah pertanyaan sederhana dengan alternatif jawabannya: Tujuan Anda berkunjung
ke perpustakaan adalah:
(1)
mengerjakan tugas-tugas akademik;
(2)
mencari informasi akademik untuk kepentingan tugas dari dosen;
(3)
menambah wawasan;
(4)
………… menambah pengetahuan. (Responden menjawab dengan tulisan sendiri pada
alternatif yang terbuka ini). Kita bisa melihat bahwa sebenarnya jawaban
responden tersebut sama atau hampir sama dengan alternatif nomor (3) menambah
wawasan.
Editing
data (Mengedit Data)
Editing
data: Mengganti nilai data yang ditampilkan tidak benar.
Definisi:
Mengedit
data adalah kegiatan yang bertujuan untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan
(inkonsistensi logis) dalam data.
Konteks:
Mengedit
teknik mengacu pada berbagai prosedur dan proses yang digunakan untuk
mendeteksi dan menangani kesalahan dalam data. Contoh teknik yang berbeda
termasuk pendekatan yang berbeda untuk mengedit seperti mikro-editing /
makro-editing, input / output mengedit, atau ke berbagai alat yang tersedia
untuk mengedit seperti mengedit grafis, editing interaktif, dll. Jenis sunting
mengacu pada sifat sebenarnya suntingan diterapkan pada data selama pemrosesan
input atau output.
Ini
termasuk:
Validasi
suntingan - untuk memeriksa validitas identifikasi dasar item klasifikasi dalam
data unit;
Logis suntingan - memastikan bahwa dua atau lebih item data tidak memiliki nilai-nilai yang bertentangan;
Logis suntingan - memastikan bahwa dua atau lebih item data tidak memiliki nilai-nilai yang bertentangan;
Konsistensi
suntingan - memeriksa untuk memastikan bahwa hubungan aritmatika tepat dan
benar ada antara dua atau lebih item data;
Kisaran
suntingan - mengidentifikasi apakah suatu nilai item data jatuh di dalam
rentang yang dapat diterima ditentukan;
Varians
suntingan - melibatkan mencari varians tinggi curiga pada tingkat keluaran
edit.
Mengedit jenis juga dapat mengacu kepada apakah pengeditan ini adalah jenis yang fatal atau query, yaitu apakah mereka mendeteksi kesalahan dengan kepastian atau titik ke item data yang mencurigakan.
Mengedit jenis juga dapat mengacu kepada apakah pengeditan ini adalah jenis yang fatal atau query, yaitu apakah mereka mendeteksi kesalahan dengan kepastian atau titik ke item data yang mencurigakan.
Mikro
dan makro-editing-editing dapat dibedakan untuk menghitung tingkat suntingan.
Mengedit
data adalah salah satu metode asli mengendalikan kebisingan di data seismik.
Pengertian dari editing data adalah proses meneliti hasil
survai untuk meneliti apakah ada response yang tidak lengkap, tidak komplet
atau membingungkan, dan apabila ada kasus seperti ini ada beberapa cara untuk
mengatasinya misalnya:
Dengan cara mengembalikan ke survayor, apabila survai
lagi tidak mungkin dilakukan maka response yang tidak lengkap dapat diganti
dengan missing value atau ditulis tidak menjawab,
Menyingkirkan hasil survay dengan jawaban yang tidak
lengkap (apabila jumlahnya kecil dan sampel yang diambil besar).
Dilakukan
dengan cara meneliti kembali data yang terkumpul dari penyebaran kuesioner.
Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul sudah
cukup baik. Pemeriksaan data atau editing dilakukan terhadap jawaban
yang telah ada dalam kuesioner dengan memperhatikan hal-hal meliputi:
kelengkapan pengisian jawaban, kejelasan tulisan, kejelasan makna jawaban,
serta kesesuaian antar jawaban. (Suplemen MPS1 Kuantitatif)
Proses
editing merupakan proses dimana peneliti melakukan klarifikasi, keterbacaan,
konsisitensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Proses klarifikasi
menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan
menciptakan masalah konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisa
data. Dengan adanya klarifikasi ini diharapkan masalah teknis atau konseptual
tersebut tidak mengganggu proses analisa sehingga dapat menimbulkan bias
penafsiran hasil analisa. Keterbacaan berkaitan dengan apakah data yang sudah
terkumpul secara logis dapat digunakan sebagai justifikasi penafsiran terhadap
hasil analisa. Konsistensi mencakup keajegan jenis data berkaitan dengan skala
pengukuran yang akan digunakan. Kelengkapan mengacu pada terkumpulannya data
secara lengkap sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah
dirumuskan dalam penelitian tersebut.
Mengedit
data dapat dilakukan secara manual dan komputer.
1).
Mengedit data secara manual
Mengedit data dengan manual dapat dilakukan dengan membuat tabel frekuensi
semua variabel dan membuat tabel-tabel silang.
a. Mengedit
dengan tabel frekuensi
Tabel frekuensi disusun khusus untuk
mengecek konsistensi variabel yang satu dengan yang lain, terutama untuk
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan. Dari tabel frekuensi dapat dicek apakah
jumlah responden yang menjawab pertanyaan yang diajukan pertama sama dengan
jumlah responden yang disodori pertanyaan berikutnya. Kegunaan lainnya adalah
untuk memeriksa apakah penggunaan kode sudah sesuai dengan yang ada dalam buku
kode.
b. Mengedit
dengan tabel silang
Tabel silang dapat digunakan untuk
mengoreksi hubungan yang tidak masuk akal. Tabel ini dapat dibuat untuk
hubungan antarvariabel-terpengaruh, antarvariabel-pengaruh atau antara variabel
pengaruh dan terpengaruh. Tabel-tabel yang akan diedit disusun berdasarkan
variabel yang mempunyai hubungan tertentu satu sama lain.
2).
Mengedit data dengan komputer
Komputer akan memproses data apapun bentuknya tanpa mempertimbangkan
konsistensi antara data yang terekam dengan buku kode atau alat analisa.
a. Mencek
ketetapan kolom
Peneliti yang merekam data
penelitiannya melalui paket program WordStar dapat langsung mencek berkas
datanya dengan cara melihat apakah ada rekaman data yang melebihi batas
maksimum kolom. Cara sederhana ini tentu saja belum menjamin bahwa rekaman
telah sesuai dengan maksimum kolom yang ada di dalam buku kode.
b. Mencek
konsistensi dan hubungan antarvariabel
Konsistensi antara variabel yang
satu dengan yang lainnya dapat dicek dengan menggunakan tabel frekuensi.
Tabel-tabel tersebut dibandingkan dengan buku kode atau dibandingkan antara
variabel yang satu dengan yang lainnya untuk melihat konsistensi jawaban seperti
pengeditan data secara manual.
Koding (Pemberian Kode)
Koding
merupakan usaha memberikan identitas atau pengelompokkan pengklasifikasikan
data dari respon-respon hasil penelitian ke dalam kelas-kelas tertentu. Setiap
jenis data masuk dalam suatu kelas tertentu, diberi no-mor kode. Setiap data
hanya masuk dalam satu kelas dan satu kode. Hal iniakan memudahkan data untuk
diproses lebih lanjut terutama bila mengguna-kan komputer. Keuntungan lain dari
pemberian kode ini adalah menghematmemori komputer dan mempercepat proses
analisis.
a.
Koding terhadap Jawaban Pertanyaan Terbuka
Coding
atau mengkode terhadap kuesioner yang pertanyaannya terbukasering disebut
qualitative
coding.
Pertanyaan
terbuka menghasilkan jawabanyang sangat bervariasi, karena memang tidak
ditentukan berbagai alternatif jawaban oleh pembuat pertanyaan.
Responden mempunyai kebebasan dalammengemukakan jawabannya, paling dibatasi
oleh ruang atau
Space
jawaban.
Contoh:
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang keefektifan penilaianportofolio?
Hal
yang harus dilakukan untuk mengkode pertanyaan terbuka adalah :
1)
Membuat kategori, kategori diperoleh dengan membaca terlebih dahulusetiap
jawaban dari butir yang sama. Dari jawaban itu diketahui variasi jawaban.
Kemudian variasi jawaban dikelompokkan ke dalam beberapa kategori.
Hal
yang perlu diperhatikan dalam membuat kategori adalah:
(1)
kategori harus tegas, jangan tumpang tindih antara jawaban kategoriyang satu dengan yang lainnya;
(2) kata ”lain-lain”, ”dan sebagainya”, ”dan seterusnya” harus
dihindarkan, atau jumlahnya relatif kecil.
Setiap
kategori diberi kode yang berbeda misalnya untuk jawaban keefek-tifan
portofolio ada 3 kategori yaitu;
1.
efektif, karena dapat menilai ke-mampuan individu siswa;
2.
kurang efektif, karena kemandirian siswa belum ada;
3.
tidak efektif, karena sama sekali tidak ada kemendirian siswa.
Membuat
kode pada jawaban terbuka lebih lama bila dibandingkan dengan pertanyaan yang
tertutup, karena variasinya mungkin akan sangat banyak sesuai dengan
banyaknya responden yang diambil.
b.
Koding terhadap Jawaban Pertanyaan Tertutup
Koding
data terhadap jawaban tertutup lebih mudah dibanding pengko-dean pada jawaban
terbuka. Pengkodean dapat dilakukan dengan cara mem-beri nomor kode pada
sejumlah option/pilihan jawaban yang telah ditentukan pada setiap butir pertanyaan. Pengkodean akan lebih mudah lagi apabila
sejak awal ketika menyusun kuesioner setiap butir pertanyaan dan
jawaban yangtersedia telah diberi nomor kode. Kegiatan untuk merancang
pengkodean pada saat penyusunan kuesioner ini dikenal dengan
istilah Precoding .
c.
Koding terhadap Pertanyaan Semi Terbuka
Pertanyaan
semi terbuka merupakan kombinasi dari tertutup dan terbu-ka, jawaban dari
setiap butir sudah ditentukan alternatif jawabannya, selainitu responden diberi
kesempatan untuk memberi jawaban lain di luar alterna-tif jawaban yang telah
ditentukan. Umumnya jawaban yang sudah ditentukanhasil kajian yang mendalam
sehingga menjadi alternatif yang paling banyak kemungkinannya untuk
dipilih. Jawaban-jawaban yang sifatnya terbuka merupakan pengecualian atau
hal-hal yang diluar dugaan atau tidak dipredikasi sebelumnya atau adanya
peristiwa khusus. Untuk itu setiap jawaban diberikode baru sesuai dengan variasi
jawaban.Misalnya: Pengetahuan tentang CTLa.
Cleaning
Data (Pembersihan data)
Cleaning
data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi dan treatmen yang hilang,
pengecekan konsistensi meliputi pemerikasaan akan data yang out of range,
tidak konsisten secara logika, ada nilai-nilai ekstrim, data dengan nilai-nilai
tidak terdefinisi, sedangkan treatmen yang hilang adalah nilai dari suatu
variabel yang tidak diketahui dikarenakan jawaban responden yang membingungkan.
Untuk mengatasi treatmen yang hilang dapat dilakukan beberapa cara untuk
mengatasinya adalah:
·
Substitusi
dengan nilai yang netral
·
Jawaban
substitusi yang dimasukkan berdasarkan pola jawaban responden pada
pertanyaan-pertanyaan lain
·
Menghilangkan
beberapa kasus, responden yang banyak tidak memberikan response di buang dari
analisis (bila hanya sedikit/bila jumlahnya banyak dapat dikelompokkan sendiri)
·
Penghapusan
sebagian; untuk responden yang mempunyai nilai-nilai missing tidak langsung
dibuang tetapi diambil sebagian dan dianalisis untuk bagian yang lengkap
nilainya, hasil analisis didasarkan ukuran sampel berbeda bila ukuran
sampel besar, ada sedikit saja yang missing, variabel-variabelnya tidak
terlalu berhubungan
Recording
Data (Pencatatan Data)
Menurut
saya, recording data yaitu proses pengolahan data yang merekam atau mencatat
data ke dalam suatu draft atau aplikasi komputer guna memudahkan dalam mengolah
data. Maka perlu adanya recording data, yang merupakan bagian dari sesudah
tahap coding data (Pengkodean Data),
Referensi
:
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. METODE PENELITIAN SURVAI. Jakarta : LP3ES
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. METODE PENELITIAN SURVAI. Jakarta : LP3ES
Evaluasi
Model Kirkpatrick
Model
evaluasi ini dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal dengan Evaluating
Training Programs: The Four Levels atau Kirkpatrick’s evaluation model.
Evaluasi terhadap program training mencakup empat level evaluasi, yaitu: reaction,
learning, behavior, dan result (Widyoko, 2007). Model ini
mengevaluasi secara sistematis mulai dari evaluasi reaksi, evaluasi belajar,
evaluasi perilaku dan evaluasi hasil.
1) Evaluasi
Reaksi (Evaluating Reaction)
Evaluasi terhadap reaksi peserta
training berarti mengukur kepuasan peserta (customer satisfaction).
Program training dianggap efektif apabila proses training dirasa menyenangkan
dan memuaskan bagi peserta training sehingga mereka tertarik termotivasi untuk
belajar dan berlatih. Dengan kata lain peserta training akan termotivasi
apabila proses training berjalan secara memuaskan bagi peserta yang pada akhirnya
akan memunculkan reaksi dari peserta yang menyenangkan. Sebaliknya apabila
peserta tidak merasa puas terhadap proses training yang diikutinya maka mereka
tidak akan termotivasi untuk mengikuti training lebih lanjut. Menurut Center
Partner dalam artikelnya yang berjudul Implementing the Kirkpatrick Evaluation
Model Plus mengatakan bahwa the interest, attention and motivation of the participants
are critical to the success of any training program. People learn better when
they react positively to the learning environment (http://www.coe.wayne.edu/eval/pdf).
Dengan demikian dapat dimaknai bahwa keberhasilan proses kegiatan training
tidak terlepas dari minat, perhatian dan motivasi peserta training dalam
mengikuti jalannya kegiatan training. Orang akan belajar lebih baik manakala
mereka memberi reaksi positif terhadap lingkungan belajar. Kepuasan peserta training
dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu materi yang diberikan, fasilitas yang
tersedia, strategi penyampaian materi yang digunakan oleh instruktur, media
pembelajaran yang tersedia, jadwal kegiatan sampai menu dan penyajian konsumsi
yang disediakan. Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction sheet dalam
bentuk angket sehingga lebihmudah dan lebih efektif. Dalam menyusun instrumen
untuk mengukur reaksi trainee Kirkpatrick (1998: 26) menyampaikan prinsip “The
ideal form provide the maximum amount of information and requires the minimum
amount of time”. Dengan demikian instrumen yang disusun diharapkan mampu mengungkap
informasi sebanyak mungkin tetapi dalam pengisian instrumen tersebut diharapkan
membutuhkan waktu sesedikit mungkin. Sedangkan mengenai jumlah item dalam
instrumen Center Partners (2006: 5 ) merekomendasikan “Include no more than
15 – 25 questions, designed to obtain both qualitative and quantitative data”.
Dengan jumlah item 25 pertanyaan maupun pernyataan kiranya cukup untuk mengungkap
informasi yang dibutuhkan terkait dengan reaksi trainee dengan waktu pengisian
yang tidak terlalu lama (Widyoko, 2007). Karena evaluasi pada level 1 ini
difokuskan pada reaksi peserta yang terjadi pada saat kegiatan training
dilakukan, maka evaluasi pada level ini dapat disebut sebagai evaluasi terhadap
proses training. Menurut Naugle (2000), Kirkpatrick’s evaluation model dapat
digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi performance seorang guru (http://www. findarticles.com/p/articles).
2) Evaluasi
Belajar (Evaluating Learning)
Konsep belajar menurut Kirkpatrick
(1988: 20) learning can be defined as the extend to which participans change
attitudes, improving knowledge, and/or increase skill as a result of attending
the program. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan sikap, perbaikan
engetahuan, dan atau kenaikan ketrampilan peserta setelah selesai mengikuti
program. Peserta training dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah
mengalamai perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan
ketrampilan. Oleh karena itu untuk mengukur efektivitas program training maka
ketiga aspek tersebut perlu untuk diukur. Tanpa adanya perubahan sikap,
peningkatan pengetahuan maupun perbaikan ketrampilan pada peserta training maka
program dapat dikatakan gagal. Penilaian evaluating learning ini ada
yang menyebut dengan penilaiah hasil (output) belajar. Oleh karena itu
dalam pengukuran hasil belajar (learning measurement) berarti penentuan
satu atau lebih hal berikut:
a). Pengetahuan apa yang telah
dipelajari,
b).Sikap apa yang telah berubah,
c). Ketrampilan apa yang telah dikembangkan
atau diperbaiki.
Melakukan pengukuran hasil belajar lebih
sulit dan memakan waktu dibandingkan dengan mengukur reaksi. Mengukur reaksi
dapat dilakukan dengan reaction sheet dalam bentuk angket sehingga lebih
mudah dan lebih efektif. Menurut Kirkpatrick (1988: 40) penilaian terhadap
hasil belajar dapat dilakukan dengan: “a control group if practical,
evaluate knowledge, skill and/or attitudes both before and after the program, a
paper-and-pencil test to measure knowledge and attitudes, and performance test
to measure skills. Dengan demikian untuk menilai hasil belajar dapat
dilakukan dengan kelompok pembanding. Kelompok yang ikut pelatihan dan kelompok
yang tidak ikut pelatihan diperbandingkan perkembangannya dalam periode waktu tertentu.
Dapat juga dilakukan dengan membandingkan hasil pre test dengan post
test, tes tertulis maupun tes kinerja (performance test), sehingga
jelas hasilnya.
3) Evaluasi
Perilaku (Evaluating Behavior)
Subjek dan sasaran evaluasi perilaku ini
berbeda dengan evaluasi terhadap sikap. Penilaian sikap pada evaluasi level 2
difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan training
dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan
pada perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja. Apakah
perubahan sikap yang telah terjadi setelah mengikuti training juga akan
diimplementasikan setelah peserta kembali ke tempat kerja, sehingga penilaian
tingkah laku ini lebih bersifat eksternal. Perubahan perilaku apa yang terjadi
di tempat kerja setelah peserta mengikuti program training. Dengan kata lain
yang perlu dinilai adalah apakah peserta merasa senang setelah mengikuti
training dan kembali ke tempat kerja. Bagaimana peserta dapat mentrasfer pengetahuan,
sikap dan ketrampilan yang diperoleh selama training untuk diimplementasikan di
tempat kerjanya. Karena yang dinilai adalah perubahan perilaku setelah kembali
ke tempat kerja maka evaluasi level 3 ini dapat disebut sebagai evaluasi
terhadap outcomes dari kegiatan training. Mengevaluasi outcomes lebih
kompleks dan lebih sulit dari pada evaluasi pada level 1 dan 2. Evaluasi
perilaku dapat dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok kontrol dengan
perilaku peserta training, atau dengan membandingkan perilaku sebelum dan setelah
mengikuti training maupun dengan mengadaan survey dan atau interviu dengan
pelatih, atasan maupun bawahan peserta training setelah kembali ke tempat kerja
(Kirkpatrick, 1988: 49).
4) Evaluasi
Hasil (Evaluating Result)
Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini
difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta
telah mengikuti suatu program. Termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu
program training d antaranya adalah kenaikan produksi, peningkatan kualitas,
penurunan biaya, penurunan kuantitas terjadinya kecelakaan kerja, penurunan turnover
dan kenaikan keuntungan. Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan
moral kerja maupun membangun teamwork yang lebih baik. Dengan kata lain adalah
evaluasi terhadap impact program. Tidak semua impact dari sebuah
program dapat diukur dan juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena
itu evaluasi level 4 ini lebih sulit di bandingkan dengan evaluasi pada
level-level sebelumnya. Evaluasi hasil akhir ini dapat dilakukan dengan membandingkan
kelompok kontrol dengan kelompok peserta training, mengukur kinerja sebelum dan
setelah mengikuti pelatihan, serta dengan melihat perbandingkan antara biaya
dan keuntungan antara sebelum dan setelah adanya kegiatan pelatihan, apakah ada
peningkatan atau tidak (Kirkpatrick.1988: 61).
Kelebihan
dan Kekurangan Evaluasi Model Kirkpatrick
Model
Kirkpatrick memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1).
lebih komprehensif, karena mencakup aspek kognitif, skill dan afektif;
2).
objek evaluasi tidak hanya hasil belajar semata tetapi juga mencakup proses, output
maupun outcomes;
3).
lebih mudah diterapkan (applicable) untuk level kelas karena tidak terlalu
banyak melibatkan fihak-fihak lain dalam proses evaluasi. Selain memiliki
kelebihan model Kirkpatrick juga memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
1).
kurang memperhatikan input, padahal keberhasilan output dalam
proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh input;
2). untuk
mengukur impact sulit dilakukan karena selain sulit tolok ukurnya (intangible)
juga sudah diluar jangkuan guru maupun sekolah dalam prosesnya.
Menegenali
Istilah
·
Variabel
objek penelitian yang
bervariasi, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
·
Populasi
sebuah kumpulan dari
semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain dari obyek yang
menjadi perhatian.
·
Sampel
sutu bagian dari
populasi tertentu yang menjadi perhatian.
·
Parameter
nilai yang menyatakan
ciri populasi.
·
Non paramenter
·
Deskriftif
·
Inverensial
·
Statistik deskriftif
sebagai alat bantu
untuk mendiskripsikan fenomena-fenomena yang diteliti berdasarkan data yang
terkumpul.
·
Statistik inverensial
sebagai alat bantu
tidak hanya untuk mendiskripsikan, tetapi lebih ditekankan pada fungsi analisis
untuk menginferensialkan (menemukan cirri-ciri statistik tertentu) untuk suatu
populasi dari suatu sampel secara random, dalam rangka pengujian hipotesis
penelitian.
·
Syarat/Kriteria analisis
penyelidikan terhadap
suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,dsb). Atau penguraian suatu pokok
atas berbagai bagiannya dan penalaahan bagian itu sendiri serta hubungan antara
bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
·
Normalitas
·
Homogenitas
sama tidaknya
variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih
·
Linerlitas
·
Zscore
·
Signifikan
pengertian atau mengandung arti
penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar