Sabtu, 31 Agustus 2013

Routing



ROUTING DAN JENIS - JENISNYA
Pengertian
Routing, adalah sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah internetwork. Routing juga dapat merujuk kepada sebuah metode penggabungan beberapa jaringan sehingga paket-paket data dapat hinggap dari satu jaringan ke jaringan selanjutnya. Untuk melakukan hal ini, digunakanlah sebuah perangkat jaringan yang disebut sebagai router. Router-router tersebut akan menerima paket-paket yang ditujukan ke jaringan di luar jaringan yang pertama, dan akan meneruskan paket yang ia terima kepada router lainnya hingga sampai kepada tujuannya.

Jenis - jenis :

Static Routing
Sebuah router dengan tabel routing dikonfigurasi secara manual dikenal sebagai router statis. Seorang administrator jaringan, dengan pengetahuan tentang topologi jaringan internet, secara manual membangun dan memperbarui tabel routing, pemrograman semua rute di tabel routing. Static router dapat bekerja dengan baik untuk internetwork kecil tetapi tidak baik untuk skala besar atau berubah secara dinamis internetwork karena administrasi manual mereka. Router statis kesalahan tidak toleran. Seumur hidup dari rute statis dikonfigurasi secara manual adalah tidak terbatas dan, karena itu, router statis tidak masuk akal dan pulih dari mereguk router atau link tumbang. Sebuah contoh yang baik dari router statis adalah multihomed komputer yang menjalankan Windows 2000 (komputer dengan beberapa kartu antarmuka jaringan). Creating a static IP router with Windows 2000 is as simple as installing multiple network interface cards, configuring TCP/IP, and enabling IP routing. Membuat router IP statis dengan Windows 2000 adalah yang sederhana seperti menginstal beberapa kartu antarmuka jaringan, mengkonfigurasi TCP / IP, dan memungkinkan IP routing.

Dynamic Routing
Sebuah router yang dikonfigurasi secara dinamis tabel routing dikenal sebagai router dinamis. Dynamic routing terdiri dari tabel routing yang dibangun dan dipelihara secara otomatis melalui komunikasi yang berkelanjutan antara router. Komunikasi ini difasilitasi oleh sebuah routing protocol, serangkaian periodik atau on-demand routing pesan yang berisi informasi yang dipertukarkan antara router. Kecuali untuk konfigurasi awal mereka, router dinamis memerlukan sedikit pemeliharaan, dan karena itu dapat internetwork skala yang lebih besar. Kesalahan routing dinamis toleran. Dinamis rute belajar dari router lain memiliki hidup yang terbatas. Jika sebuah router atau link turun, router merasakan perubahan dalam topologi jaringan internet melalui berakhirnya masa hidup belajar rute dalam tabel routing. Perubahan ini kemudian dapat disebarkan ke router lain sehingga semua router pada internetwork menyadari topologi internetwork baru.Kemampuan untuk skala dan pulih dari internetwork kesalahan routing dinamis membuat pilihan yang lebih baik untuk menengah, besar, dan sangat besar internetwork. Sebuah contoh yang baik dari sebuah router dinamis komputer dengan Windows 2000 Server dan Routing dan Remote Layanan Akses menjalankan Routing Information Protocol (RIP) dan Open Shortest Path First (OSPF) routing protokol RIP untuk IP dan IPX.

Perbedaan Static Routing dan Dynamic Routing
Pada dasarnya perbedaan antara routing statis dengan routing dinamis adalah cara mengenalkan alamat networknya.

  1. Routing dinamis pada prinsipnya hanya mengenalkan network yang berhubungan dengan router yang bersangkutan (tanpa mengetahui subnet masknya). Sedangkan Routing Statis harus mengenalkan setiap alamat pada setiap network yang ingin dituju, jadi harus tahu semua alamat network yang ingin dituju. Semakin luas jaringannya, maka table routenya pun semakin banyak dan lebih rumit dibandingkan dengan Routing Dinamis.

2.      Routing Dinamis sangat cocok untuk topologi jaringan yang lingkupnya besar (terhubung ke banyak network). Sedangkan routing statis cocok untuk topologi jaringan yang simple.

Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing Routing
Kelebihan Routing Statis

  1.  Beban kerja router terbilang lebih ringan dibandingkan dengan routing dinamis. Karena pada saat konfigurasi router hanya mengupdate sekali saja ip table yang ada.
  2. Pengiriman paket data lebih cepat karena jalur atau rute sudah di ketahui terlebih dahulu.
  3. Deteksi dan isolasi kesalahan pada topologi jaringan lebih mudah

Kekurangan Routing Statis 
1.    Harus tahu semua alamat network yang akan dituju beserta subnet mask dan next hoopnya (gateway nya)

Kelebihan Routing Dinamis

  1. Hanya mengenalkan alamat network yang terhubung langsung dengan routernya.
  2. Tidak perlu mengetahui semua alamat network yang ada.
  3. Bila terjadi penambahan suatu network baru tidak perlu semua router mengkonfigurasi. Hanya router-router yang berkaitan.

Kekurangan Routing Dinamis

  1. Beban kerja router lebih berat karena selalu memperbarui ip table pada tiap waktu tertentu. 
  2. Kecepatan pengenalan network terbilang lama karena router membroadcast ke semua router hingga ada yang cocok.
  3. Setelah konfigurasi harus menunggu beberapa saat agar setiap router mendapat semua Alamat IP yang ada.
  4. Susah melacak permasalahan pada suatu topologi jaringan lingkup besar


Sumber :

Metode Delphi, Qusioner, Kirckpatrick



MAKALAH


Analisa Metode Delphi, Metode Qusioner, Metode Kirkpatrik Dan Istilah Statistik






Disusun oleh:
Mansteven Nofriandi Elbadinas, S.Kom / 1304467
Magister CIOFakultas Teknik




UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013


Metode Delphi

Pengertian Metode Delphi
Metode Delphi adalah metode sistematis dalam mengumpulkan pendapat dari sekelompok pakar melalui serangkaian kuesioner, di mana ada mekanisme feedbackmelalui ‘putaran’/round pertanyaan yang diadakansambil menjaga anonimitas tanggapan responden (para ahli). (Foley, 1972)
Metode Delphi adalah teknik komunikasi terstruktur, awalnya dikembangkan sebagai metode peramalan interaktif yang bergantung pada sejumlah expert. (Harold A. Linstone, 1975) Metode Delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan survei. Dalam metode ini, panel digunakan dalam pergerakan komunikasi melalui beberapa kuisioner yang tertuang dalam tulisan. Teknik Delphi dikembangkan pada awal tahun 1950 untuk memperoleh opini ahli. Objek dari metode ini adalah untuk memperoleh konsensus yang paling reliabel dari sebuah grup ahli. Teknik ini diterapkan di berbagai bidang, misalnya untuk teknologi peramalan, analisis kebijakan publik, inovasi pendidikan, program perencanaan dan lain – lain.

Sejarah Metode Delphi
Metode Delphi dikembangkan oleh Derlkey dan asosiasinya di Rand Corporation, California pada tahun 1960-an. Metode Delphi merupakan metode yang menyelaraskan proses komunikasi komunikasi suatu grup sehingga dicapai proses yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah yang kompleks.

Pendekatan Dalam Metode Delphi
Pendekatan Delphi memiliki tiga grup yang berbeda yaitu : Pembuat keputusan, staf, dan responden. Pembuat keputusan akan bertangungjawab terhadap keluaran dari kajian Delphi. Sebuah grup kerja yang terdiri dari lima sampai sembilan anggota yang tersusun atas staf dan pembuat keputusan, bertugas mengembangkan dan menganalisis semua kuisioner, evaluasi pengumpulan data dan merevisi kuisioner yang diperlukan. Grup staf dipimpin oleh kordinator yang harus memiliki pengalaman dalam desain dan mengerti metode Delphi serta mengenal problem area. Tugas staf kordinator adalah mengontrol staf dalam pengetikan. Mailingkuesioner, membagi dan proses hasil serta pernjadwalan pertemuan. Responden adalah orang yang ahli dalam masalah dan siapa saja yang setuju untuk menjawab kuisioner.
Langkah- Langkah Metode Delphi
     Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik ini adalah (Dermawan, 2004):
  1. Para pembuat keputusan melalui proses Delphi dengan identifikasi isu dan masalah pokok yang hendak diselesaikan.
  2. Kemudian kuesioner dibuat dan para peserta teknik Delphi, para ahli, mulai dipilih.
  3. Kuesioner yang telah dibuat dikirim kepada para ahli, baik didalam maupun luar organisasi, yang di anggap mengetahui dan menguasai dengan baik permasalahan yang dihadapi.
  4. Para ahli diminta untuk mengisi kuesioner yang dikirim, menghasilkan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah, serta mengirimkan kembali kuesioner kepada pemimpin kelompok, para pembuat keputusan akhir.
  5. Sebuah tim khusus dibentuk merangkum seluruh respon yang muncul dan mengirimkan kembali hasil rangkuman kepada partisipasi teknik ini.
  6. Pada tahap ini, partisipan diminta untuk  menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala prioritas atau memperingkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan seluruh hasil rangkuman beserta masukan terakhir dalam periode waktu tertentu.
  7. Proses ini kembali diulang sampai para pembuat keputusan telah mendapatkan informasi yang dibutuhkan guna mencapai kesepakatan untuk menentukan satu alternatif solusi atau tindakan terbaik.
      Sedangkan menurut Mansoer (1989:72) Ciri khas langkah-langkah proses teknik Delphi adalah sebagai berikut:
  1. Masalah diidentifikasikan dan melalui seperangkat pertanyaan yang disusun cermat anggota kelompok diminta menyampaikan kesimpulan-kesimpulannya yang potensial.
  2. Kuesioner pertama diisi oleh anggota secara terpisah dan bebas tanpa mencantumkan nama.
  3. Hasil kuesioner pertama dihimpun, dicatat dan diperbanyak dipusat (sekretariat kelompok).
  4. Setiap anggota dikirimi tembusan hasil rekaman.
  5. Setelah meninjau hasil, para anggota ditanyai lagi tentang kesimpulan-kesimpulan mereka. Hasil yang baru biasanya menggugah para anggota untuk memberi kesimpulan baru, malah ada kalanya mereka mengubah sama sekali kesimpulan pertama mereka
  6. Langkah ke-4 dan ke-5 ini diulangi sesering ia diperlukan,sampai tercapai satu konsensus.

BAGAIMANA DELPHI DIGUNAKAN?

Delphi telah digunakan dalam beberapa keadaan berbeda. Semula Delphi  digunakan sebagai suatu proses untuk peramalan teknologi (Helmer, 1967; Pyke and North, 1969). Sebagai contoh, Delphi digunakan untuk meramalkan dampak dari suatu kebijakan penggunaan lahan baru atas pertumbuhan populasi, polusi, pertanian, pajak, dan lain lain ( Kaufman dan Gustafson, 1973).
Bagaimanapun, aplikasinya sudah meluas di luar peramalan teknologi tersebut sehingga Delphi, seperti NGT (Nominal Group Technique), telah menjadi suatu alat perencanaan yang digunakan secara luas.  Sebagai contoh, Delphi telah digunakan untuk menyiagakan peserta ke tingkatan ilmiah yang lebih tinggi. Dalam cara ini, Delphi telah digunakan untuk mengevaluasi kelemahan dan kekuatan sistim informasi sehubungan dengan perencanaan pengembangan (Turoff, 1971).
Seperti NGT, Delphi dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi permasalahan (Wisconsin Governor’s Health Task Force, 1973), dengan skala prioritas, dan mengidentifikasi solusi masalah. Delphi juga dapat digunakan untuk memperjelas posisi dan menggambarkan perbedaan antar kelompok dengan acuan berbeda.
Dari contoh ini, dapat dilihat bahwa Delphi dapat diberlakukan bagi suatu cakupan luas dalam perencanaan program dan perhatian/kepentingan administratif.

KAPAN SEBAIKNYA DELPHI TIDAK DIGUNAKAN?

Ada tiga kondisi-kondisi kritis yang diperlukan untuk melengkapi sukses Delphi:
1) Waktu cukup.
2) Keterampilan peserta dalam komunikasi tertulis.
3) Motivasi peserta tinggi.

Delphi sebaiknya tidak digunakan ketika waktu terbatas. Kebanyakan studi Delphi mengambil lebih dari satu bulan untuk menerapkannya. Biasanya waktu yang diperlukan untuk suatu Delphi minimal adalah sekitar 45 hari. Delphi sebaiknya juga tidak digunakan pada kelompok yang mempunyai kesulitan dalam pembacaan/dalam komunikasi tertulis. Yang akhirnya, seperti semua proses kelompok lain, mutu tanggapan sangat banyak dipengaruhi oleh komitmen dan minat dari  peserta. Delphi memerlukan motivasi yang tinggi dari peserta, karena orang lain tidak hadir untuk merangsang dan memelihara motivasi.

PESERTA DALAM DELPHI
Peserta dalam Delphi adalah tiga kelompok orang yang berbeda yang akan menyelesaikan proses: (1) manajemen puncak pembuat keputusan yang akan menggunakan hasil dari studi Delphi; (2) anggota staf profesional bersama-sama dengan team dukungannya; dan (3) responden Delphi dimana pendapat/pertimbangan akan dicari.

1)  Pembuat keputusan
Delphi adalah suatu alat untuk membantu pemahaman/pengambilan keputusan. Oleh karena itu, Delphi akan menjadi suatu proses yang efektif hanya jika pembuat keputusan itu akhirnya bertindak atas hasil dari Delphi dengan aktif dan terlibat sepanjang proses itu.  Konsekwensinya, kelompok kerja yang terdiri dari 5-9 anggota, itu adalah pembuat keputusan dan staff yang secara formal dibentuk untuk melakukan proses Delphi. Kelompok kerja ini akan mengembangkan dan meneliti semua kuesioner, menilai kegunaan dari informasi yang diperoleh, dan meninjau kembali kuesioner jika kuesioner tersebut tidak efektif.

2)  Staff
Anggota staff professional adalah orang yang dapat memandu kelompok kerja mengerjakan proses Delphi. Orang tersebut perlu mempunyai pengalaman dalam merancang dan melaksanakan studi Delphi. Ini juga sangat menolong jika anggota staff berpengetahuan luas tentang area permasalahan atau isu yang sedang dipelajari. Sebagai tambahan, staff pendukung juga diperlukan untuk melakukan beberapa hal seperti mengetik dan mengirimkan daftar pertanyaan, menerima dan melakukan beberapa pengolahan data, dan menjadwalkan pertemuan-pertemuan.

3)  Responden
Responden adalah orang yang  memperhatikan/memutuskan, dan yang mau menjawab kuesioner.  Delphi tidak akan sukses jika pembuat keputusan dan staff tidak bisa memilih responden dengan tepat.

Prosedur Delphi
Prosedur Delphi mempunyai ciri – ciri yaitu :
1.      Mengabaikan nama
2.      Iterasi dan feedback yang terkontrol
3.      Respon kelompok secara statistik (Chang, 1993)
Jumlah dari iterasi kuesioner Delphi bisa tiga sampai lima tergantung pada derajat kesesuaian dan jumlah penambahan informasi selama berlaku. Umumnya kuesioner pertama menanyakan kepada individu untuk merespon pertanyaan dalam garis besar. Setiap subsequen kuisioner dibangun berdasarkan respon kuisioner pendahuluan. Proses akan berhenti ketika konsensus mendekati partisipan, atau ketika penggantian informasi cukup berlaku.
Prosedur metode Delphi adalah sebagai berikut :
1.      Mengembangkan pertanyaan Delphi
Ini merupakan kunci proses Delphi. Langkah ini dimulai dengan memformulasikan garis besar pertanyaan oleh pembuatan keputusan. Jika responden tidak mengerti garis besar pertanyaan maka masukan proses adalah sia –sia. Elemen kunci dari langkah ini adalah mengembangkan pertanyaan yang dapat dimengerti oleh responden. Anggota staf harus menginterview pembuat keputusan benar – benar jelas mengenai pertanyaan yang dimaksud dan bagaimana informasi tersebut akan digunakan.
2.      Memilih dan kontak dengan responden
Partisipan sebaiknya diseleksi dengan dasar ; secara personal responden mengetahui permasalahan, memiliki informasi yang tepat untuk dibagi, tranformasi untuk melengkapi Delphi dan responden merasa bahwa agregasi pendapat panel responden akan termasuk informasi yang mereka nilai dan mereka tidak mengakses dengan cara lain. Seleksi aktual dari responden umumnya menyelesaikan melalui penggunaan proses nominasi.
3.      Memilih ukuran contoh
Ukuran panel responden bervariasi dengan kelompok yang homogen dengan 10 – 15 partisipan mungkin cukup. Akan tetapi dalam sebuah kasus dimana refrence yang bevariasi diperlukan maka dibutuhkan partisipan yang lebih besar.
4.      Mengembangkan kuisioner dan test 1
Kuisioner pertama dalam Delphi mengikuti partisipan untuk menulis respon pada garis besar masalah. Sampul surat termasuk tujuan, guna dari hasil, perintah dan batas akhir respon.
5.      Analisa kuisioner 1
Analisa kuisioner harus dihasilkan dalam ringkasan yang bersisi bagian – bagian yang diidentifikasi dan komentar dibuat dengan jelas dan dapat dimengerti responden terhadap kuisioner 2. Anggota grup kerja mendokumentasikan masing – masing respon pada kartu indeks, memilih kartu kedalam katagori umum, mengembangkan sebuah konsensus pada label untuk masing – masing katagori dan menyiapkan ringkasan bayangan yang berisi katagori – katagori.
6.      Pengembangan kuisioner dan test 2
Kuisioner kedua dikembangkan menggunakan ringkasan responden dari kuisioner 1. Fokus dari kuisioner ini adalah untuk mengidentifikasikan area yang disetujui dan yang tidak, mendiskusikan dan mengidentifikasi bagian yang diinginkan serta membantu partisipan mengetahui masing – masing posisi dan bergerak menuju pendapat yang akurat, responden diminta untuk memilih pada ringkasan bagian kuisioner 1
7.      Analisa kuisioner 2
Tugas dari kelompok kerja adalah menghitung jumlah suara masing – masing bagian yang meringkas komentar yang dibuat tentang masing – masing bagian. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menentukan jika informasi lengkap akan membantu untuk penyelesaian masalah atau paling tidak membuktikan untuk digunakan di berbagai cara.
8.      Mengembangkan kuisioner dan test 3
Kuisioner 3 didesain untuk mendorong masukan proses Delphi
9.      Analisis kuisioner 3
Analisa tahap ini mengikuti prosedur yang sama pada analisis kuisioner 2
10.  Menyiapkan laporan akhir
Evaluasi terhadap Teknik Evaluasi Delphi
Teknik evaluasi Delphi merupakan salah satu alat dari teknik evaluasi yang digunakan dalam teknik evaluasi dengan pendekatan keputusan teoritis. Sedangkan teori keputusan teoritis adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode diskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan. Perbedaan pokok antara evaluasi teoritis keputusan di satu sisi, dan evaluasi semu dan evaluasi formal di sisi lainnya, adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik yang tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan dan target dari para pembuat kebijakan dan administrator merupakan salah satu sumber nilai, karena semua pihak yang mempunyai andil dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan target di mana kinerja nantinya akan di ukur.
Teori Delphi ini sangat baik untuk memecahkan masalah yang bersifat general, dimana rencana kebijakan tersebut berkaitan erat dengan ahli-ahli bidang tertentu. Karena dari setiap ahli pada bidang tertentu akan dapat mengeluarkan aspirasinya yang memiliki kemampuan dari segi yang didalaminya. Selain itu, metode ini tidak memperhatikan nama dari ahli untuk mencegah pengaruh besar satu anggota terhadap anggota yang lainnya, dan Masing – masing responden memiliki waktu yang cukup untuk mempertimbangkan masing – masing bagian dan jika perlu melihat informasi yang diperlukan untuk mengisi kuisioner sehingga dapat menghindari tekanan social psikologi.
Namun, teori ini juga mempunyai beberapa kekurangan yang juga harus diperhatikan yaitu waktu yang akan dihabiskan dalam mengisi kuisioner akan cukup lama, karena metode ini menggunakan pendapat para ahli yang berbeda-beda aspek maka dikhawatirkan akan merepresentasikan opini yang tidak dapat dipertahankan secara ilmiah dan cenderung berpikir hanya dari aspek yang terbaik baginya.

Kelebihan Metode Delphi
  • Hasil berdasarkan dari para ahli.
  • Anonimitas dan isolasi memungkinkan kebebasan yang maksimal dari aspek-aspek negative dari interaksi sosial.
  • Opini yang diungkapkan para ahli luas, karena dari pendapat masing-masing ahli.
 Kekurangan Metode Delphi
  • Biaya yang besar untuk mengundang para ahli.
  • Hasil berdasarkan anggapan-anggapan (asumsi).
  • Tidak semua hasil berjalan sesuai prediksi.
  • Memakan waktu yang lama.
Sumber
















Teknik Pengolahan Data dalam Kuesioner

Kuesioner
Salah satu instrumen pengumpul data dalam penelitian adalah kuesioner, atau disebut juga daftar pertanyaan (terstruktur). Kuesioner ini biasanya berkaitan erat dengan masalah penelitian, atau juga hipotesis penelitian yang dirumuskan. Disebut juga dengan istilah pedoman wawancara (interview schedule), namun kita akan menggunakan istilah generiknya yaitu kuesioner. Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk menjawab. Sebelumnya harus dipastikan kebenaran atas responden yang diteliti berdasarkan kriteria respondennya. Tujuan kuesioner adalah untuk memberikan tinjauan tentang ekspresi metafora dalam berbagai macam bahasa di dunia.
Sebelum mebuat kuesioner, ada baiknya peneliti mengantisipasi kemungkinan adanya kesalahan yang sering terjadi berkaitan dengan pelaksanaan pengumpulan data dari responden. Beberapa permasalahan yang mungkin dan bahkan sering terjadi dan bagaimana cara memperbaikinya adalah sebagaimana disarankan oleh Bailey (1987), sebagai berikut:
(a)       Responden sering menganggap wawancara tidak masuk akal dan bahkan sering menganggapnya sebagai dalih (subterfuge) untuk tujuan-tujuan tertentu misalnya komersial. Alternatif pemecahannya antara lain adalah menyampaikannya dalam pengantar bahwa penelitian yang akan dilakukan benar-benar untuk tujuan nonkomersial. Tentu saja dengan kata-kata yang baik dan sopan.
(b)       Responden merasa terganggu dengan adanya informasi yang dirasa menyerang dirinya atau kepentingannya, misalnya takut dirilis di media massa. Pemecahannya adalah menghindari pertanyaan yang sensitif, serta diyakinkan bahwa tidak akan ada nama responden di dalamnya.
(c)       Responden menolak bekerja sama atas dasar pengalaman masa lalu. Upayakan untuk meyakinkan responden bahwa ini beda, beri pengertian bahwa responden dalam hal ini turut berjasa dalam membantu penelitian ini.
(d)      Responden yang tergolong dirinya kelompok minoritas sehingga merasa lelah karena sering dijadikan kelinci percobaan (guinea pig). Ini jarang terjadi di negeri kita. Namun jika hal seperti ini terjadi, peneliti bisa menggunakan instrumen lain., atau bahkan mencari sumber data yang lain.
(e)       Responden orang ‘penting’ dan sering merasa tahu akan apa yang akan ditelitinya. Cara pemecahannya adalah dengan metode menyanjung orang penting tadi, misalnya dengan mengatakan bahwa hanya dialah orang satu-satunya yang bisa memberikan informasi tentang masalah ini.
(f)        Responden menjawab dengan pertimbangan normatif, berpikir baik atau jelek. Katakan kepadanya bahwa penelitian ini semata-mata untuk pengembangan ilmu, dan bukan untuk kepentingan lain. Selain itu nama responden juta tidak perlu dicantumkan.
(g)       Responden merasa takut akan ‘kebodohannya’ dalam menjawab pertanyaan ini. Katakan kepadanya bahwa jawaban apapun dari responden itu penting, dan tidak ada yang salah dalam menjawab.
(h)       Responden mengatakan tidak ada waktu untuk menjawabnya, atau merasa itu bukan bidang minatnya. Pemecahannya adalah mengatakan bahwa dialah satu-satunya orang yang bisa memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.
Dua macam responden           
  1. Kuesioner yang disebut formulir, yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data tentang variabel yang langsung bisa diidentifikasi. Misalnya : Jenis kelamin, usia, pendidikan dll.
  2. Kuesioner yang disebut yaitu kuesioner yang berisi pertanyaannya untuk mendapatkan informasi tentang variabel yang tidak langsung menjelaskan. Misal variabel Kualitas Pelayanan. Variabel ini tidak dapat langsung diketahui hanya dengan satu pertanyaan tetapi dapat diketahui dengan beberapa pertanyaan berdasarkan indikatornya, contohnya ditanyakan tentang tangibles, reability, responsiveness, assurance dan empathy.
Semua metode mensyaratkan pencatatan yang detail, lengkap, teliti dan jelas
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian dan kejelasan data, pencatatan data harus dilengkapi dengan:
• Nama pengumpul data
• Tanggal dan waktu pengumpulan data
• Lokasi pengumpulan data
• Keterangan-keterangan tambahan data/istilah/responden
Responden: orang yang menjadi sumber data Semua butir (item) yang ditanyakan dalam semua metode pengumpulan data haruslah sejalan dengan rumusan masalah dan/atau hipotesis penelitian.
Karenanya diperlukan proses Dekomposisi variabel penelitian menjadi sub-variabel, dimensi dan butir penelitian merupakan pekerjaan yang harus dilakukan dengan hati-hati. Proses dekomposisi ini juga memudahkan proses pengukuran dan pengumpulan data. Proses dekomposisi ini dikenal sebagai proses operasionalisasi variabel penelitian.
Jenis Pertanyaan dalam Kuesioner
Ada dua jenis pertanyaan dalam kuesioner, yakni pertanyaan terbuka, terbuka, dan gabungan tertutup dan terbuka.
(a)      Pertanyaan dengan jawaban terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan penuh kepada responden untuk menjawabnya. Di sini peneliti tidak memberikan satupun alternatif jawaban.
Contoh Pertanyaan Terbuka :
Sebutkan lima sifat pemimpin yang Anda sukai:
1. ……………………………
2. ……………………………
3. ……………………………
4. ……………………………
5. ……………………………
Bagaimana pendapat Anda tentang kepemimpinan supervisor Anda?
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan terbuka akan sangat bervariasi.
Pengelompokkan jawaban-jawaban serupa akan menjadi suatu pekerjaan yang tidak mudah
Kuesioner dengan jawaban terbuka:


      Keuntungannya antara lain adalah :
(1)      dapat digunakan manakala semua alternatif jawaban tidak diketahui oleh peneliti, atau manakala peneliti ingin melihat bagaimana dan mengapa jawaban responden serta alasan-alasannya. Hal ini sangat baik untuk menambah pengetahuan peneliti akan masalah yang diutarakannya;
(2)      membolehkan responden untuk menjawab sedetil atau serinci mungkin atas apa yang ditanyakan peneliti. Dalam hal ini pendapat responden dapat diketahui dengan baik oleh peneliti.

(b)      Pertanyaan dengan jawaban tertutup adalah sebaliknya, yaitu semua alternatif jawaban responden sudah disediakan oleh peneliti. Responden tinggal memilih alternatif jawaban yang dianggapnya sesuai.

Pertanyaan Tertutup: responden tinggal memilih jawaban di antara pilihan yang sudah disediakan
Misal:
Atasan Anda mendelegasikan tugas dengan jelas:
1. Sangat Setuju Sekali
2. Sangat Setuju
3. Setuju
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
Kadangkala pertanyaan disajikan secara terbuka sekaligus tertutup Misal:
Pekerjaan Anda:
1. Pegawai Negeri Sipil
2. TNI
3. Professional:
a. Dokter
b. Guru
c. Pengacara
d. lainnya (Sebutkan): ______________________
4. Pengusaha
5. Lainnya (Sebutkan): ___________________________
Pertanyaan-pertanyaan tertutup dapat dengan mudah dikodekan dan diolah untuk tahap penelitian selanjutnya.
Bentuk Pertanyaan:
a. Pernyataan Positif
b. Pernyataan Negatif
Pertanyaan dalam kuesioner ditulis dalam bentuk PERNYATAAN bukan pertanyaan
Pernyataan Positif : pernyataan yang jawabannya SESUAI dengan harapan peneliti
Pernyataan Negatif : pernyataan yang jawabannya TIDAK SESUAI dengan harapan peneliti
Misal: Jika ingin diketahui kinerja kasir sebuah toko swalayan.
       Pernyataan Positif (Contoh LSR)
Kasir di toko swalayan ini ramah:
1. Tidak Setuju 2. Setuju 3. Sangat Setuju
Pernyataan Negatif (Contoh LSR)
Kasir tidak sopan:
1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Tidak Setuju

      Kuesioner dengan jawaban tertutup:
 Salah satu keuntungannya untuk kuesioner ini adalah sebagai berikut:
(1). jawaban-jawaban bersifat standar dan bisa dibandingkan dengan jawaban orang lain;
(2) jawaban-jawabannya jauh lebih mudah dikoding dan dianalisis, bahkan sering secara langsung dapat dikoding dari pertanyaan yang ada, sehingga hal ini dapat menghemat tenaga dan waktu;
(3) responden lebih merasa yakin akan jawaban-jawabannya, terutama bagi mereka yang sebelumnya tidak yakin ;
(4) jawaban-jawaban relatif lebih lengkap karena sudah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti ; dan
(5) analisis dan formulasinya lebih mudah jika dibandingkan dengan model kuesioner dengan jawaban terbuka.
Meskipun demikian, ada juga kelemahannya, yakni:
(1) sangat mudah bagi responden untuk menebak setiap jawaban, meskipun sebetulnya mereka tidak memahami masalahnya;
(2) responden merasa frustrasi dengan sediaan jawaban yang tidak satu pun yang sesuai dengan keinginannya;
(3) sering terjadi jawaban-jawaban yang terlalu banyak sehingga membingungkan responden untuk memilihnya;
(4) tidak bisa mendeteksi adanya perbedaan pendapat antara responden dengan peneliti karena responden hanya disuruh memilih alternatif jawaban yang tersedia.  
Pengkodean atau pembobotan nilai jawaban:
              
Pada pernyataan Positif: nilai paling positif diberi bobot paling besar (karena paling positif berarti paling sesuai harapan). Pada pernyataan Negatif: nilai paling negatif diberi bobot paling besar (karena paling negatif berarti paling sesuai harapan). Idealnya dalam suatu kuesioner penelitian, komposisi bentuk pernyataan positif dan negatif berimbang, misalnya dari 30 pernyataan dirancang terdiri dari 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif. Pernyataan positif dan negatif harus diletakkan secara bergantian
Dengan meletakkan pernyataan positif dan negatif bergantian, responden benar-benar membaca  pernyataan-pernyataan dengan teliti dan menjawab dengan benar Teknik Pengukuran (Teknik Penskalaan)

Dua teknik pengukuran dengan kuesioner yang paling populer adalah:
a. Likert’s Summated Rating (LSR)
b. Semantic Differential (SD)
Likert’s Summated Rating (LSR) LSR adalah skala atau pengukuran sikap responden
Jawaban pernyataan dinyatakan dalam pilihan yang mengakomodasi jawaban antara Sangat Setuju Sekali sampai Sangat Tidak Setuju Banyak pilihan biasanya 3, 5, 7, 9 dan 11 Dalam prakteknya yang paling sering digunakan adalah 5 Terlalu sedikit pilihan jawaban menyebabkan pengukuran menjadi sanagt kasar Terlalu banyak pilihan jawaban menyebabkan responden sulit membedakan pilihan Banyak pilihan ganjil juga menimbulkan masalah, responden yang malas/enggan akan menjawab pilihan yang di tengah ( = jawaban netral)
Semantic Differential (SD)
Responden menyatakan pilihan di antara dua kutub kata sifat atau frasa Dapat dibentuk dalam suatu garis nilai yang kontinyu, dan dapat diukur dalam satuan jarak atau dalam bentuk pilihan seperti LSR
(c). Kuesioner dengan jawaban tertutup dan terbuka (gabungan): Untuk menjembatani kekurangan-kekurangan seperti tadi, maka sering digunakan pertanyaan model gabungan antara keduanya. Dengan model tertutup dan tebuka, semua kekurangan seperti tadi bisa diatasi. Misalnya dalam satu pertanyaan, disamping disediakan alternatif jawaban oleh peneliti, juga perlu disediakan alternatif terbuka (c. …………… ) untuk diisi sendiri oleh responden sesuai dengan pendapatnya secara bebas. Dalam mengolah data untuk model terakhir ini, bisa dilakukan pengelompokan ulang atas semua jawaban responden pada alternatif terbuka tadi. Atau bisa juga peneliti melihat ulang apakah jawaban responden yang terakhir itu sebenarnya sudah termasuk ke dalam salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Dan jika ternyata jawabannya sama dengan salah satu alternatif jawaban yang tersedia namun dalam bahasa yang berbeda, peneliti bisa menganggapnya sebagai jawaban seperti pada alternatif yang tersedia tadi. Contoh sebuah pertanyaan sederhana dengan alternatif jawabannya: Tujuan Anda berkunjung ke perpustakaan adalah:
(1) mengerjakan tugas-tugas akademik;
(2) mencari informasi akademik untuk kepentingan tugas dari dosen;
(3) menambah wawasan;
(4) ………… menambah pengetahuan. (Responden menjawab dengan tulisan sendiri pada alternatif yang terbuka ini). Kita bisa melihat bahwa sebenarnya jawaban responden tersebut sama atau hampir sama dengan alternatif nomor (3) menambah wawasan.

Editing data (Mengedit Data)
Editing data: Mengganti nilai data yang ditampilkan tidak benar.
Definisi:
Mengedit data adalah kegiatan yang bertujuan untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan (inkonsistensi logis) dalam data.
Konteks:
Mengedit teknik mengacu pada berbagai prosedur dan proses yang digunakan untuk mendeteksi dan menangani kesalahan dalam data. Contoh teknik yang berbeda termasuk pendekatan yang berbeda untuk mengedit seperti mikro-editing / makro-editing, input / output mengedit, atau ke berbagai alat yang tersedia untuk mengedit seperti mengedit grafis, editing interaktif, dll. Jenis sunting mengacu pada sifat sebenarnya suntingan diterapkan pada data selama pemrosesan input atau output.
Ini termasuk:
Validasi suntingan - untuk memeriksa validitas identifikasi dasar item klasifikasi dalam data unit;
Logis suntingan - memastikan bahwa dua atau lebih item data tidak memiliki nilai-nilai yang bertentangan;
Konsistensi suntingan - memeriksa untuk memastikan bahwa hubungan aritmatika tepat dan benar ada antara dua atau lebih item data;
Kisaran suntingan - mengidentifikasi apakah suatu nilai item data jatuh di dalam rentang yang dapat diterima ditentukan;
Varians suntingan - melibatkan mencari varians tinggi curiga pada tingkat keluaran edit.
Mengedit jenis juga dapat mengacu kepada apakah pengeditan ini adalah jenis yang fatal atau query, yaitu apakah mereka mendeteksi kesalahan dengan kepastian atau titik ke item data yang mencurigakan.
Mikro dan makro-editing-editing dapat dibedakan untuk menghitung tingkat suntingan.
Mengedit data adalah salah satu metode asli mengendalikan kebisingan di data seismik.
Pengertian dari editing data adalah proses meneliti hasil survai untuk meneliti apakah ada response yang tidak lengkap, tidak komplet atau membingungkan, dan apabila ada kasus seperti ini ada beberapa cara untuk mengatasinya misalnya:
Dengan cara mengembalikan ke survayor, apabila survai lagi tidak mungkin dilakukan maka response yang tidak lengkap dapat diganti dengan missing value atau ditulis tidak menjawab,
Menyingkirkan hasil survay dengan jawaban yang tidak lengkap (apabila jumlahnya kecil dan sampel yang diambil besar).
Dilakukan dengan cara meneliti kembali data yang terkumpul dari penyebaran kuesioner. Langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul sudah cukup baik. Pemeriksaan data atau editing dilakukan terhadap jawaban yang telah ada dalam kuesioner dengan memperhatikan hal-hal meliputi: kelengkapan pengisian jawaban, kejelasan tulisan, kejelasan makna jawaban, serta kesesuaian antar jawaban. (Suplemen MPS1 Kuantitatif)
Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan klarifikasi, keterbacaan, konsisitensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Proses klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan masalah konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisa data. Dengan adanya klarifikasi ini diharapkan masalah teknis atau konseptual tersebut tidak mengganggu proses analisa sehingga dapat menimbulkan bias penafsiran hasil analisa. Keterbacaan berkaitan dengan apakah data yang sudah terkumpul secara logis dapat digunakan sebagai justifikasi penafsiran terhadap hasil analisa. Konsistensi mencakup keajegan jenis data berkaitan dengan skala pengukuran yang akan digunakan. Kelengkapan mengacu pada terkumpulannya data secara lengkap sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah dirumuskan dalam penelitian tersebut.
Mengedit data dapat dilakukan secara manual dan komputer.
1). Mengedit data secara manual
            Mengedit data dengan manual dapat dilakukan dengan membuat tabel frekuensi semua variabel dan membuat tabel-tabel silang.
a.      Mengedit dengan tabel frekuensi
Tabel frekuensi disusun khusus untuk mengecek konsistensi variabel yang satu dengan yang lain, terutama untuk pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan. Dari tabel frekuensi dapat dicek apakah jumlah responden yang menjawab pertanyaan yang diajukan pertama sama dengan jumlah responden yang disodori pertanyaan berikutnya. Kegunaan lainnya adalah untuk memeriksa apakah penggunaan kode sudah sesuai dengan yang ada dalam buku kode.
b.      Mengedit dengan tabel silang
Tabel silang dapat digunakan untuk mengoreksi hubungan yang tidak masuk akal. Tabel ini dapat dibuat untuk hubungan antarvariabel-terpengaruh, antarvariabel-pengaruh atau antara variabel pengaruh dan terpengaruh. Tabel-tabel yang akan diedit disusun berdasarkan variabel yang mempunyai hubungan tertentu satu sama lain.
2).  Mengedit data dengan komputer
            Komputer akan memproses data apapun bentuknya tanpa mempertimbangkan konsistensi antara data yang terekam dengan buku kode atau alat analisa.
a.      Mencek ketetapan kolom
Peneliti yang merekam data penelitiannya melalui paket program WordStar dapat langsung mencek berkas datanya dengan cara melihat apakah ada rekaman data yang melebihi batas maksimum kolom. Cara sederhana ini tentu saja belum menjamin bahwa rekaman telah sesuai dengan maksimum kolom yang ada di dalam buku kode.
b.      Mencek konsistensi dan hubungan antarvariabel
Konsistensi antara variabel yang satu dengan yang lainnya dapat dicek dengan menggunakan tabel frekuensi. Tabel-tabel tersebut dibandingkan dengan buku kode atau dibandingkan antara variabel yang satu dengan yang lainnya untuk melihat konsistensi jawaban seperti pengeditan data secara manual.

Koding (Pemberian Kode)
 Koding merupakan usaha memberikan identitas atau pengelompokkan pengklasifikasikan data dari respon-respon hasil penelitian ke dalam kelas-kelas tertentu. Setiap jenis data masuk dalam suatu kelas tertentu, diberi no-mor kode. Setiap data hanya masuk dalam satu kelas dan satu kode. Hal iniakan memudahkan data untuk diproses lebih lanjut terutama bila mengguna-kan komputer. Keuntungan lain dari pemberian kode ini adalah menghematmemori komputer dan mempercepat proses analisis.

a. Koding terhadap Jawaban Pertanyaan Terbuka
Coding atau mengkode terhadap kuesioner yang pertanyaannya terbukasering disebut
qualitative coding.
Pertanyaan terbuka menghasilkan jawabanyang sangat bervariasi, karena memang tidak ditentukan berbagai alternatif  jawaban oleh pembuat pertanyaan. Responden mempunyai kebebasan dalammengemukakan jawabannya, paling dibatasi oleh ruang atau
Space jawaban.
Contoh:
Pertanyaan: Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang keefektifan penilaianportofolio?
Hal yang harus dilakukan untuk mengkode pertanyaan terbuka adalah :
1) Membuat kategori, kategori diperoleh dengan membaca terlebih dahulusetiap jawaban dari butir yang sama. Dari jawaban itu diketahui variasi jawaban. Kemudian variasi jawaban dikelompokkan ke dalam beberapa kategori.
Hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kategori adalah:
(1) kategori harus tegas, jangan tumpang tindih antara jawaban kategoriyang satu dengan yang lainnya;
(2)  kata ”lain-lain”, ”dan sebagainya”, ”dan seterusnya” harus dihindarkan, atau jumlahnya relatif kecil.

Setiap kategori diberi kode yang berbeda misalnya untuk jawaban keefek-tifan portofolio ada 3 kategori yaitu;
1. efektif, karena dapat menilai ke-mampuan individu siswa;
2. kurang efektif, karena kemandirian siswa belum ada;
3. tidak efektif, karena sama sekali tidak ada kemendirian siswa.
Membuat kode pada jawaban terbuka lebih lama bila dibandingkan dengan pertanyaan yang tertutup, karena variasinya mungkin akan sangat banyak sesuai dengan banyaknya responden yang diambil.

b. Koding terhadap Jawaban Pertanyaan Tertutup
Koding data terhadap jawaban tertutup lebih mudah dibanding pengko-dean pada jawaban terbuka. Pengkodean dapat dilakukan dengan cara mem-beri nomor kode pada sejumlah option/pilihan jawaban yang telah ditentukan pada setiap butir pertanyaan. Pengkodean akan lebih mudah lagi apabila sejak awal ketika menyusun kuesioner setiap butir pertanyaan dan jawaban yangtersedia telah diberi nomor kode. Kegiatan untuk merancang pengkodean pada saat penyusunan kuesioner ini dikenal dengan istilah Precoding .
c. Koding terhadap Pertanyaan Semi Terbuka
Pertanyaan semi terbuka merupakan kombinasi dari tertutup dan terbu-ka, jawaban dari setiap butir sudah ditentukan alternatif jawabannya, selainitu responden diberi kesempatan untuk memberi jawaban lain di luar alterna-tif jawaban yang telah ditentukan. Umumnya jawaban yang sudah ditentukanhasil kajian yang mendalam sehingga menjadi alternatif yang paling banyak kemungkinannya untuk dipilih. Jawaban-jawaban yang sifatnya terbuka merupakan pengecualian atau hal-hal yang diluar dugaan atau tidak dipredikasi sebelumnya atau adanya peristiwa khusus. Untuk itu setiap jawaban diberikode baru sesuai dengan variasi jawaban.Misalnya: Pengetahuan tentang CTLa.
Cleaning Data (Pembersihan data)
Cleaning data adalah proses pengecekan data untuk konsistensi dan treatmen yang hilang, pengecekan konsistensi meliputi pemerikasaan akan data yang out of range, tidak konsisten secara logika, ada nilai-nilai ekstrim, data dengan nilai-nilai tidak terdefinisi, sedangkan treatmen yang hilang adalah  nilai dari suatu variabel yang tidak diketahui dikarenakan jawaban responden yang membingungkan. Untuk mengatasi treatmen yang hilang dapat dilakukan beberapa cara untuk mengatasinya adalah:
·         Substitusi dengan nilai yang netral
·         Jawaban substitusi yang dimasukkan berdasarkan pola  jawaban responden pada pertanyaan-pertanyaan lain
·         Menghilangkan beberapa kasus, responden yang banyak tidak memberikan response di buang dari analisis (bila hanya sedikit/bila jumlahnya banyak dapat dikelompokkan sendiri)
·         Penghapusan sebagian; untuk responden yang mempunyai nilai-nilai missing tidak langsung dibuang tetapi diambil sebagian dan dianalisis untuk bagian yang lengkap nilainya, hasil analisis didasarkan ukuran sampel berbeda bila  ukuran sampel besar, ada sedikit saja yang missing, variabel-variabelnya tidak terlalu berhubungan

Recording Data (Pencatatan Data)
Menurut saya, recording data yaitu proses pengolahan data yang merekam atau mencatat data ke dalam suatu draft atau aplikasi komputer guna memudahkan dalam mengolah data. Maka perlu adanya recording data, yang merupakan bagian dari sesudah tahap coding data (Pengkodean Data),

Referensi :
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. METODE PENELITIAN SURVAI. Jakarta : LP3ES

Evaluasi Model Kirkpatrick
Model evaluasi ini dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal dengan Evaluating Training Programs: The Four Levels atau Kirkpatrick’s evaluation model. Evaluasi terhadap program training mencakup empat level evaluasi, yaitu: reaction, learning, behavior, dan result (Widyoko, 2007). Model ini mengevaluasi secara sistematis mulai dari evaluasi reaksi, evaluasi belajar, evaluasi perilaku dan evaluasi hasil.

1)      Evaluasi Reaksi (Evaluating Reaction)
Evaluasi terhadap reaksi peserta training berarti mengukur kepuasan peserta (customer satisfaction). Program training dianggap efektif apabila proses training dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta training sehingga mereka tertarik termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain peserta training akan termotivasi apabila proses training berjalan secara memuaskan bagi peserta yang pada akhirnya akan memunculkan reaksi dari peserta yang menyenangkan. Sebaliknya apabila peserta tidak merasa puas terhadap proses training yang diikutinya maka mereka tidak akan termotivasi untuk mengikuti training lebih lanjut. Menurut Center Partner dalam artikelnya yang berjudul Implementing the Kirkpatrick Evaluation Model Plus mengatakan bahwa the interest, attention and motivation of the participants are critical to the success of any training program. People learn better when they react positively to the learning environment (http://www.coe.wayne.edu/eval/pdf). Dengan demikian dapat dimaknai bahwa keberhasilan proses kegiatan training tidak terlepas dari minat, perhatian dan motivasi peserta training dalam mengikuti jalannya kegiatan training. Orang akan belajar lebih baik manakala mereka memberi reaksi positif terhadap lingkungan belajar. Kepuasan peserta training dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu materi yang diberikan, fasilitas yang tersedia, strategi penyampaian materi yang digunakan oleh instruktur, media pembelajaran yang tersedia, jadwal kegiatan sampai menu dan penyajian konsumsi yang disediakan. Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction sheet dalam bentuk angket sehingga lebihmudah dan lebih efektif. Dalam menyusun instrumen untuk mengukur reaksi trainee Kirkpatrick (1998: 26) menyampaikan prinsip “The ideal form provide the maximum amount of information and requires the minimum amount of time”. Dengan demikian instrumen yang disusun diharapkan mampu mengungkap informasi sebanyak mungkin tetapi dalam pengisian instrumen tersebut diharapkan membutuhkan waktu sesedikit mungkin. Sedangkan mengenai jumlah item dalam instrumen Center Partners (2006: 5 ) merekomendasikan “Include no more than 15 – 25 questions, designed to obtain both qualitative and quantitative data”. Dengan jumlah item 25 pertanyaan maupun pernyataan kiranya cukup untuk mengungkap informasi yang dibutuhkan terkait dengan reaksi trainee dengan waktu pengisian yang tidak terlalu lama (Widyoko, 2007). Karena evaluasi pada level 1 ini difokuskan pada reaksi peserta yang terjadi pada saat kegiatan training dilakukan, maka evaluasi pada level ini dapat disebut sebagai evaluasi terhadap proses training. Menurut Naugle (2000), Kirkpatrick’s evaluation model dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi performance seorang guru (http://www. findarticles.com/p/articles).

2)      Evaluasi Belajar (Evaluating Learning)
Konsep belajar menurut Kirkpatrick (1988: 20) learning can be defined as the extend to which participans change attitudes, improving knowledge, and/or increase skill as a result of attending the program. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan sikap, perbaikan engetahuan, dan atau kenaikan ketrampilan peserta setelah selesai mengikuti program. Peserta training dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalamai perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan. Oleh karena itu untuk mengukur efektivitas program training maka ketiga aspek tersebut perlu untuk diukur. Tanpa adanya perubahan sikap, peningkatan pengetahuan maupun perbaikan ketrampilan pada peserta training maka program dapat dikatakan gagal. Penilaian evaluating learning ini ada yang menyebut dengan penilaiah hasil (output) belajar. Oleh karena itu dalam pengukuran hasil belajar (learning measurement) berarti penentuan satu atau lebih hal berikut:
a). Pengetahuan apa yang telah dipelajari,
b).Sikap apa yang telah berubah,
c). Ketrampilan apa yang telah dikembangkan atau diperbaiki.
Melakukan pengukuran hasil belajar lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan dengan mengukur reaksi. Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction sheet dalam bentuk angket sehingga lebih mudah dan lebih efektif. Menurut Kirkpatrick (1988: 40) penilaian terhadap hasil belajar dapat dilakukan dengan: “a control group if practical, evaluate knowledge, skill and/or attitudes both before and after the program, a paper-and-pencil test to measure knowledge and attitudes, and performance test to measure skills. Dengan demikian untuk menilai hasil belajar dapat dilakukan dengan kelompok pembanding. Kelompok yang ikut pelatihan dan kelompok yang tidak ikut pelatihan diperbandingkan perkembangannya dalam periode waktu tertentu. Dapat juga dilakukan dengan membandingkan hasil pre test dengan post test, tes tertulis maupun tes kinerja (performance test), sehingga jelas hasilnya.
3)      Evaluasi Perilaku (Evaluating Behavior)
Subjek dan sasaran evaluasi perilaku ini berbeda dengan evaluasi terhadap sikap. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan training dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja. Apakah perubahan sikap yang telah terjadi setelah mengikuti training juga akan diimplementasikan setelah peserta kembali ke tempat kerja, sehingga penilaian tingkah laku ini lebih bersifat eksternal. Perubahan perilaku apa yang terjadi di tempat kerja setelah peserta mengikuti program training. Dengan kata lain yang perlu dinilai adalah apakah peserta merasa senang setelah mengikuti training dan kembali ke tempat kerja. Bagaimana peserta dapat mentrasfer pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperoleh selama training untuk diimplementasikan di tempat kerjanya. Karena yang dinilai adalah perubahan perilaku setelah kembali ke tempat kerja maka evaluasi level 3 ini dapat disebut sebagai evaluasi terhadap outcomes dari kegiatan training. Mengevaluasi outcomes lebih kompleks dan lebih sulit dari pada evaluasi pada level 1 dan 2. Evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok kontrol dengan perilaku peserta training, atau dengan membandingkan perilaku sebelum dan setelah mengikuti training maupun dengan mengadaan survey dan atau interviu dengan pelatih, atasan maupun bawahan peserta training setelah kembali ke tempat kerja (Kirkpatrick, 1988: 49).
4)      Evaluasi Hasil (Evaluating Result)
Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program. Termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu program training d antaranya adalah kenaikan produksi, peningkatan kualitas, penurunan biaya, penurunan kuantitas terjadinya kecelakaan kerja, penurunan turnover dan kenaikan keuntungan. Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupun membangun teamwork yang lebih baik. Dengan kata lain adalah evaluasi terhadap impact program. Tidak semua impact dari sebuah program dapat diukur dan juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu evaluasi level 4 ini lebih sulit di bandingkan dengan evaluasi pada level-level sebelumnya. Evaluasi hasil akhir ini dapat dilakukan dengan membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok peserta training, mengukur kinerja sebelum dan setelah mengikuti pelatihan, serta dengan melihat perbandingkan antara biaya dan keuntungan antara sebelum dan setelah adanya kegiatan pelatihan, apakah ada peningkatan atau tidak (Kirkpatrick.1988: 61).

Kelebihan dan Kekurangan Evaluasi Model Kirkpatrick
Model Kirkpatrick memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1). lebih komprehensif, karena mencakup aspek kognitif, skill dan afektif;
2). objek evaluasi tidak hanya hasil belajar semata tetapi juga mencakup proses, output maupun outcomes;
3). lebih mudah diterapkan (applicable) untuk level kelas karena tidak terlalu banyak melibatkan fihak-fihak lain dalam proses evaluasi. Selain memiliki kelebihan model Kirkpatrick juga memiliki beberapa keterbatasan, antara lain:
1). kurang memperhatikan input, padahal keberhasilan output dalam proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh input;
2). untuk mengukur impact sulit dilakukan karena selain sulit tolok ukurnya (intangible) juga sudah diluar jangkuan guru maupun sekolah dalam prosesnya.







Menegenali Istilah
·         Variabel
objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
·         Populasi
sebuah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain dari obyek yang menjadi perhatian.
·         Sampel
sutu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian.
·         Parameter
nilai yang menyatakan ciri populasi.
·         Non paramenter
·         Deskriftif
·         Inverensial
·         Statistik deskriftif
sebagai alat bantu untuk mendiskripsikan fenomena-fenomena yang diteliti berdasarkan data yang terkumpul.
·         Statistik inverensial
sebagai alat bantu tidak hanya untuk mendiskripsikan, tetapi lebih ditekankan pada fungsi analisis untuk menginferensialkan (menemukan cirri-ciri statistik tertentu) untuk suatu populasi dari suatu sampel secara random, dalam rangka pengujian hipotesis penelitian.
·         Syarat/Kriteria analisis
penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,dsb). Atau penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penalaahan bagian itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
·         Normalitas
·         Homogenitas
sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih
·         Linerlitas
·         Zscore
·         Signifikan
pengertian atau mengandung arti penting.